Soal Standar Nasional Jangan Ruwet, Jokowi: Kalau Batu Bata Masa Minta SNI?
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai urusan standar nasional Indonesia (SNI) harusnya tidak dibuat sulit. Apalagi, tak semua produk lokal bisa distandardisasikan.
Hal ini disampaikannya saat menyampaikan pengarahan dan evaluasi aksi afirmasi bangga buatan Indonesia yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden.
"Sudah saya sampaikan kepada Kepala LKPP jangan ruwet-ruwet kayak dulu, lah, semua produk harus SNI, semua produk harus SNI," kata Jokowi dalam pengarahannya pada hari ini, Selasa, 24 Mei.
"Yang kecil-kecil mana bisa. Produk-produk lokal mana bisa kalau semuanya diminta SNI," imbuhnya.
Eks Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan standar nasional sekarang ini tak diwajibkan. Kecuali, untuk barang-barang yang berkaitan dengan keselamatan seperti kabel ataupun helm.
"Helm misalnya, itu harus ada SNI, benar kalau itu. Hal-hal yang berbahaya misalnya kabel, SNI iya," tegas Jokowi.
"Tapi kalau batu bata masak minta SNI, kapan mereka bisa masuk e-katalog, enggak mungkin," imbuhnya.
Jokowi mengatakan hal-hal semacam ini harusnya jadi perhatian. Sebab, bukan hanya batu bata, pasir juga kerap kali dimintakan SNI.
Akibatnya, batu bata ataupun pasir produksi dalam negeri tak bisa masuk e-katalog karena terganjal SNI. Ujungnya, pengadaan di kementerian atau lembaga serta pemerintah daerah justru menggunakan produk asing.
Baca juga:
- Di Hadapan Presiden Joko Widodo, Elon Musk Ajak Warga Indonesia Jadi Relawan ke Mars
- Ratas Evaluasi Mudik dengan Jokowi, Menhub Budi Karya Sebut Pemerintah Akan Menambah 10 Rest Area
- Luhut Ditugasi Jokowi Urus Minyak Goreng, Pengamat: Lebih dari Pembantu, Tapi Hati-Hati Kolusi
- Kompaknya Golkar, PPP dan PAN Saat Respons PKB Mau Gabung Koalisi Indonesia Bersatu Asal Cak Imin Capresnya
Lebih lanjut, Jokowi menyinggung banyak produk yang masuk ke dalam e-katalog merupakan barang impor. Sehingga, hal ini harus diperhatikan oleh pihak-pihak yang tengah melakukan pengadaan barang dan jasa melalui e-katalog.
"Sejak dulu sampai sekarang di e-katalog kita hanya berapa, 52 ribu produk-produk yang masuk," ungkapnya.
"Dan yang banyak justru yang impor dengan model agregator. Beli di sana, masukkan sini, beli merek, masukkan e-katalog. Ini yang harus dihindari. Casingnya saja yang lokal, dalamnya impor. Semuanya hati-hati dengan ini," pungkas Jokowi.