Tetap Prokes Meski Presiden Jokowi Bebaskan Beraktifitas Tanpa Masker
Presiden Jokowi mengumumkan aktifitas di luar ruangan tidak lagi wajib memakai masker. Namun, untuk aktivitas di dalam ruang dan tranportasi publik tetap diwajibkan. Untuk yang masuk kategori rentan, lansia, memiliki komorbid dan sedang batuk pilek disarankan untuk menggunakan masker saat beraktifitas.
Bagi pelaku perjalanan dalam dan luar negeri yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap maka sudah tidak perlu lagi melakukan tes swab PCR maupun antigen.
Pengumuman Presiden Jokowi tersebut disambut hangat masyarakat. Maklum, dua tahun pandemi COVID-19 melanda sudah cukup menyusahkan. Baik itu korban jiwa maupun terdampak secara ekonomi. Masyarakat pun sudah capek dengan segala pembatasan.
Tidak heran jika saat mudik diperbolehkan, ada 85 juta masyarakat yang merayakan hari raya di kampung halaman. Dan, bisa jadi keputusan presiden juga berkaca dari evaluasi mudik kemarin. Tidak ada lonjakan. COVID-19 terkendali atas peran masyarakat dan pemerintah.
Habis lebaran juga beberapa event digelar. Baik nasional maupun internasional. Misal konser musik Java Jazz yang bertaraf internasional atau Formula E di Jakarta. Juga akhir tahun ada event dunia G-20 di Bali. Belum lagi event-event di berbagai daerah. Soal ini sepertinya juga apa yang dimaksud Presiden Jokowi mesti diperjelas lebih rinci. Apakah kategori luar ruang termasuk juga konser musik atau event luar ruang.
Sebenarnya beberapa negara tetangga juga sudah melonggarkan kewajiban memakai di luar ruangan. Termasuk negara tetangga Malaysia dan Singapura. Begitu juga di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat. Sama seperti di Indonesia, untuk luar ruangan dan daerah resiko tinggi, masih dianjurkan untuk memakai masker. Bahkan di Amerika Serikat salah satu konser musik terbesar di dunia Coachella Festival sudah digelar di mana penampilnya termasuk penyanyi asal Indonesia Niki dan Rich Brian.
Tapi meski diapresiasi banyak pihak, termasuk DPR, pemerintah dan juga masyarakat jangan terlena, COVID-19 memang melandai, tapi belum berakhir. Bahkan di beberapa negara lain masih tinggi. Salah satunya di China dan Korea Utara. Bahkan Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara untuk pertama kalinya terlihat menghadiri acara menggunakan masker.
Kenapa harus dijaga betul? Momen melandainya COVID-19 harus terus dipertahankan. Inilah momentum kebangkitan ekonomi. Saatnya masyarakat kembali beraktifitas secara tenang. Pengusaha kembali menata bisnisnya. Sudah cukup dua tahun Indonesia babak belur akibat pandemi COVID-19.
Pemerintah juga harus memastikan booster terus berjalan. Harus mencapai target maksimal. Masyarakat juga jangan lengah. Ingat, COVID-19 bisa kembali lagi dalam bentuk lain dengan mutasi varian baru. Tetap harus disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes). Karena belum lama, masyarakat dikagetkan dengan penyakit hepatitis akut misterius. WHO menetapkan hepatitis akut misterius sebagai kejadian luar biasa. Jadi jangan dianggap sepele. Bahkan belakangan di Eropa juga sudah menyebar penyakit cacar monyet.
Kita bebas tidak memakai masker di area terbuka. Tapi kebiasaan memakai masker sebenarnya adalah kebiasaan baru untuk menjaga kesehatan. Kebiasaan yang sejatinya tidak hanya dilakukan saat pandemi. Jika sedang flu atau pilek akan lebih baik tetap menggunakan masker. Ini baik untuk kesehatan diri sendiri dan masyarakat di dekat kita. Karena sebenarnya taat prokes itu bukan hanya untuk mencegah COVID-19 tapi juga penyakit yang lain.