Pertimbangkan Larangan Pertukaran Tahanan dengan Anggota Resimen Azov, Parlemen Rusia: Mereka Penjahat Perang
JAKARTA - Parlemen Rusia akan mempertimbangkan untuk melarang pertukaran tawanan perang Rusia dengan anggota Resimen Azov Ukraina yang ditangkap, kata juru bicara, Selasa.
Pernyataan itu keluar setelah pasukan Ukraina yang telah bertahan selama 82 hari di Azovstal, Mariupol meletakkan senjata dan menyerah kepada Rusia, diikuti dengan evakuasi keluar dari kawasan pabrik baja tersebut.
Resimen Azov, milisi nasionalis yang sekarang terintegrasi ke dalam Garda Nasional Ukraina, menjadi wajah perlawanan terhadap pasukan Rusia di kota itu, yang menyaksikan beberapa pertempuran paling sengit dalam apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.
Tetapi, Moskow telah menggambarkannya sebagai pelaku utama dari dugaan nasionalisme radikal anti-Rusia bahkan Nazisme, sehingga dinilai perlu untuk melindungi penutur bahasa Rusia Ukraina.
Vyacheslav Volodin, juru bicara Duma Negara, mengatakan anggota Azov adalah 'penjahat Nazi' yang tidak boleh dimasukkan dalam pertukaran tahanan.
"Mereka adalah penjahat perang dan kita harus melakukan segalanya untuk membawa mereka ke pengadilan," ujarnya, dikutip dari Reuters 18 Mei.
Situs web Duma mengatakan dia telah meminta komite pertahanan dan keamanan untuk menyiapkan instruksi untuk itu.
Sementara itu, Resimen Azov menyangkal fasis, rasis atau neo-Nazi, sementara Ukraina mengatakan satuan tersebut telah direformasi jauh dari asal-usul nasionalis radikal.
Kyiv juga menyangkal bahwa penutur bahasa Rusia telah dianiaya di Ukraina, mengatakan tuduhan bahwa mereka memiliki agenda fasis melanggar hak asasi manusia, yang diulang setiap hari di media Rusia, adalah dalih tak berdasar untuk agresi Rusia.
Diketahui, Moskow mengatakan lebih dari 250 pejuang Ukraina di pabrik baja Azovstal telah menyerah. Sebanyak 51 orang di antara mereka akan dirawat karena cedera serius.
Sebelumnya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Presiden Vladimir Putin telah menjamin, semua akan diperlakukan "sesuai dengan standar internasional".
Sejak invasi pada 24 Februari lalu, diketahui Rusia dan Ukraina telah melakukan beberapa pertukaran tahanan perang.
Terpisah, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar mengatakan, bahwa 'prosedur pertukaran akan dilakukan untuk pemulangan tentara.
Baca juga:
- Sindir Uji Coba Senjata Hipersonik AS, Rusia: Uji Coba Mereka Tidak Mencapai Mach 5, Rudal Kinzhal Kami Mencapai Mach 8
- Puji Perjuangan Pasukan Ukraina Selama 82 Hari di Azovstal Mariupol, Penasihat Presiden: Mengubah Arah Perang
- Tegas Peringatkan Rusia, Menhan Finlandia: Kami Tidak Takut dan akan Bertahan Hingga Penduduk Terakhir
- Rusia Setujui Evakuasi Tentara Ukraina yang Terluka dari Azovstal, Presiden Zelensky: Kami Berharap Menyelamatkan Mereka
Tapi, Leonid Slutsky, salah satu negosiator Moskow dalam pembicaraan dengan Ukraina dan ketua komite urusan internasional Duma, menyebut para pejuang Azov yang dievakuasi sebagai 'binatang dalam bentuk manusia'.
Lebih jauh, ia mengatakan mereka harus menerima hukuman mati.
"Mereka tidak pantas untuk hidup setelah kejahatan mengerikan terhadap kemanusiaan yang telah mereka lakukan, serta yang dilakukan terus menerus terhadap tahanan kami," katanya kepada majelis.