Dilantik Sebagai Presiden Prancis untuk Kedua Kalinya, Emmanuel Macron: Kita Perlu Metode Baru, Jauh dari Tradisi dan Rutinitas yang Melelahkan
JAKARTA - Emmanuel Macron akhirnya resmi dilantik sebagai Presiden Prancis untuk kedua kalinya. Pengambilan sumpah dilakukan dalam sebuah upacara di Istana Elysee pada Sabtu, 7 Mei, waktu setempat.
Macron kembali terpilih setelah mengantongi 58,5 persen suara pada pemilihan putaran kedua melawan tokoh sayap kanan, Marine Le Pen. Padahal, dia sempat mendapat tentangan akibat kebijakan pro bisnis dan usulan menaikkan usia pensiun.
Macron adalah presiden pertama tanpa pemerintahan koalisi yang terpilih kembali sejak pembentukan Republik Kelima, sebutan bagi sistem pemerintahan Prancis, pada 1958.
Masa jabatan Macron yang baru secara formal akan dimulai pada 13 Mei malam dan perdana menteri Jean Castex masih tetap menjabat.
Dalam pidato singkatnya, Macron berbicara tentang perlunya inovasi saat dunia dan Prancis menghadapi banyak tantangan baru. Pria berusia 44 tahun itu juga mengatakan, masa jabatannya yang kedua ini tidak semata-mata meneruskan apa yang sudah dilakukan sebelumnya.
"Kita perlu menemukan metode baru bersama, jauh dari tradisi dan rutinitas yang melelahkan, ketika kita mampu membangun kesepakatan baru yang produktif, sosial dan ekologis," katanya seraya menjanjikan tindakan dengan "rasa hormat" dan "pertimbangan".
Baca juga:
- Militer Korea Selatan Klaim Korea Utara Tembakan Rudal, 3 Hari Sebelum Pelantikan Presiden Yoon Suk-yeol
- Sandiaga Uno Ingin Kembangkan Sektor Pariwisata Berkelanjutan Usai Melewati Pandemi COVID-19
- Dikaitkan dengan Vladimir Putin, Kapal pesiar Mewah Senilai Rp10,15 Triliun Disita Pemerintah Italia
- Polisi Brasil Ragukan Laporan Perkosaan dan Kematian Gadis Yanomami Berusia 12 Tahun
Dia lantas menyoroti ancaman yang ditimbulkan akibat invasi Rusia di Ukraina dan kekhawatiran terhadap lingkungan global, demikian yang dilansir Antara dari Reuters.
Sementara itu, pelantikan Macron menandai berakhirnya satu kampanye pemilihan dan dimulainya kampanye untuk pemilihan legislatif pada Juni. Koalisi politik sayap kiri baru, yang dibentuk oleh La France Insoumise, Partai Sosialis, Partai Hijau dan Partai Komunis, berharap dapat mereduksi kekuatan Macron di parlemen.
Sedangkan partai sayap kanan, Les Republicains, dijadwalkan menggelar pertemuan dewan nasional pada Sabtu.
Macron akan mengunjungi Parlemen Eropa di Strasbourg pada Senin untuk memperingati "Hari Eropa".
Kemudian pada pekan yang sama dalam kunjungan pertamanya sejak dilantik, dia akan bertolak ke Berlin untuk bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz.