Drone Bayraktar TB-2 Ukraina Buatan Turki Sukses Tenggelamkan Dua Kapal Patroli Rusia di Laut Hitam
JAKARTA - Otoritas Ukraia melaporkan drone Bayraktar TB-2 milik mereka buatan Rusia, sukses menenggelamkan dua kapal patroli Rusia di dekat Pulau Ular, Laut Hitam.
"Dua kapal Raptor Rusia hancur pada dini hari hari ini di dekat Pulau Ular," kata Kementerian Pertahanan Ukraina dalam sebuah pernyataan yang didistribusikan di media sosial, melansir Daily Sabah dari AFP 2 Mei.
Pihak Kementerian juga merilis rekaman ariel hitam dan putih kasar yang menunjukkan ledakan di sebuah kapal militer kecil.
"Bayraktar sedang bekerja," ujar Valeriy Zaluzhnyi, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, dikutip mengatakan dalam pernyataan itu, mengacu pada drone militer buatan Turki.
Kapal patroli Raptor dapat membawa hingga tiga awak dan 20 personel. Kapal patroli jenis ini biasanya dilengkapi dengan senapan mesin dan digunakan dalam operasi pengintaian atau pendaratan.
Sementara, Pulau Ular menjadi simbol perlawanan Ukraina setelah pertukaran radio menjadi viral di mana tentara Ukraina menolak tuntutan dari awak kapal perang Rusia untuk menyerah.
Sebelumnya, kapal perang Rusia bernama Moskva, tenggelam di Laut Hitam pada pertengahan April menyusul apa yang dikatakan Moskow sebagai ledakan di kapal. Adapun Ukraina mengatakan telah menyerang kapal perang dengan rudal.
Terpisah, para ahli mengatakan meski Rusia mungkin menguasai Laut Hitam, setiap serangan amfibi di pantai Ukraina tampaknya berisiko, karena rudal Kyiv mengancam untuk menghancurkan kapal-kapal Rusia jika mereka terlalu dekat.
Baca juga:
- Pakai Kalung Rantai Emas Senilai Rp1 Miliar, Penumpang Pesawat Ini Langsung Diperiksa Petugas Bandara
- Gabung Kontraktor Militer Swasta, Mantan Marinir AS Tewas dalam Pertempuran di Ukraina
- Idulfitri 2022: Arab Saudi Imbau Warganya untuk Melihat Bulan Sabit pada Sabtu Malam
- Desak Israel Hentikan Penembakan di Suriah, Rusia: Melanggar Hukum Internasional dan Tidak Dapat Diterima
Menurut sumber intelijen Inggris, Rusia mengoperasikan sekitar 20 kapal perang di Laut Hitam, di mana keseimbangan kekuatan sekarang statis, karena Turki memblokir akses apa pun oleh kapal milik pihak yang bertikai di bawah Konvensi Montreux.