Usai Direnovasi, Madrasah Ikonik Hagia Sophia Diresmikan oleh Presiden Erdogan

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan Madrasah Fatih Hagia Sophia yang baru selesai dibangun kembali berdasarkan konsep awal, serta dibuka pada Hari Jumat lalu.

Ini merupakah madrasah pertama di bekas ibu kota Kekaisaran Ottoman. Namanya diambil dari Fatih (Penakluk), gelar yang diberikan kepada Sultan Mehmed II, yang menaklukkan kota itu pada tahun 1453.

Sultanlah yang mengubah bangunan yang sebelumnya digunakan sebagai tempat tinggal para imam di gereja Hagia Sophia saat itu menjadi madrasah, setelah gereja diubah menjadi masjid.

Fasilitas baru, dengan ciri arsitektur Ottoman, akan berfungsi sebagai rumah bagi banyak pusat pendidikan dan penelitian. Universitas Fatih Sultan Mehmet Vakıf, didirikan pada 2010 oleh sebuah yayasan yang didirikan oleh sultan Ottoman berabad-abad yang lalu, akan menjalankan madrasah dua lantai.

Direktorat Jenderal Yayasan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata telah memulai pekerjaan rekonstruksi madrasah pada tahun 2017, tiga tahun sebelum Turki mengambil langkah penting dan mengembalikan status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid, menamainya Masjid Agung Sophia.

Terletak di barat laut masjid dan di antara harta peninggalan Ottoman dan Bizantium dari kota yang menghiasi Alun-Alun Sultanahmet, madrasah ini bertahan dalam ujian waktu selama berabad-abad.

Pada abad ke-19, Sultan Abdülaziz memerintahkan pembongkarannya karena madrasah tersebut rusak dan dibangun kembali yang baru, sedikit lebih jauh dari Masjid Agung Hagia Sophia.

Presiden Erdogan meninjau bagian dalam madrasah usai peresmian. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Sampai tahun 1924, bangunan itu berfungsi sebagai madrasah. Pada tahun itu, pemerintah Kota Istanbul mengubahnya menjadi panti asuhan. Dua tahun setelah Hagia Sophia diubah menjadi museum pada tahun 1934, bekas madrasah dihancurkan.

Badan konservasi lokal telah menyetujui proyek pemerintah tahun 2012 untuk restitusi dan rekonstruksi madrasah dan pada tahun 2017, proyek tersebut secara resmi diluncurkan.

Madrasah baru ini hanya berbagi dinding fondasi yang sama dengan bangunan lama dan merupakan tambahan baru untuk Alun-Alun Sultanahmet di mana bangunan berusia berabad-abad dari Masjid Biru hingga obelisk era Romawi berada.

Bangunan dua lantai ini memiliki 38 ruangan luas yang akan berfungsi sebagai bagian dari Pusat Studi Hagia Sophia, Pusat Penelitian Mehmed The Conqueror and His Era, Pusat Aplikasi dan Penelitian Seni Islam, Pusat Penelitian Hukum Islam, Pusat Aplikasi dan Penelitian untuk Manuskrip, Pusat Penelitian Yayasan, Pusat Studi (penjelajah era Ottoman yang terkenal) Evliya elebi dan Pusat Aplikasi dan Penelitian Komunikasi Visual dan Desain.

Pada masa Utsmaniyah, madrasah tersebut menampung tokoh-tokoh paling terkemuka di masa Utsmaniyah. Molla Hüsrev, salah satu sarjana hukum terbesar pada masa Sultan Mehmed, adalah profesor pertama madrasah. Ala al-Din Ali bin Muhammad, juga dikenal sebagai Ali Qushji, juga bertugas di gedung itu sebagai salah satu astronom dan matematikawan terkemuka dunia Islam pada abad ke-15.

Peresmian Hagia Sophia Fatih Madrasah oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Bangunan baru ini merupakan perpaduan arsitektur kayu dan logam dengan balok kayu yang dikombinasikan dengan penyangga besi dan fasadnya terbuat dari penutup batu.

Dibangun di atas lahan seluas 1.473 meter persegi (15.855 kaki persegi), rumah ini memiliki tiga halaman, dengan jalan kayu di setiap halaman yang ditopang oleh material penguat logam. Sisa-sisa madrasah tua, termasuk bagian dari sebuah waduk, terpelihara dengan baik.

Berbicara pada upacara peresmian, Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengatakan mereka senang "mengembalikan kota struktur penting lainnya yang jejaknya sengaja dihapus."

"Mereka menghancurkan tempat ini dengan dalih menghalangi pandangan. Situs bersejarah ini diam-diam dihancurkan," ujar Presiden Erdogan, melansir Daily Sabah 15 April.

Presiden Erdogan mengakui Turki telah gagal melestarikan warisan nenek moyangnya pada satu titik, menyalahkan 'pola pikir satu partai.' Dia mengacu pada periode di tahun-tahun awal Republik Turki yang diperintah oleh Partai Rakyat Republik (CHP), saingan utama Erdogan.

"Bangunan-bangunan kuno dibongkar atau runtuh sendiri karena kelalaian. Ratusan masjid dijual atau diubah menjadi museum atau kandang kuda," tukasnya.