Rusia Sebut WHO 'Diam' Tentang Penggunaan Rumah Sakit untuk Operasi Tempur Ukraina, Ungkap Ada 6.824 Tentara Bayaran
JAKARTA - Rusia menyebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 'diam' dengan belum memberikan penilaian, terkait penggunaan rumah sakit oleh pihak Ukraina dalam operasi tempur, mengungkap terdapat ribuan tentara asing.
Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev akhir pekan lalu mengatakan, WHO belum menilai fakta neo-Nazi mengubah fasilitas medis di seluruh Ukraina menjadi benteng mereka.
Menurut sang jenderal, angkatan bersenjata Ukraina dan batalion nasionalis mengerahkan posisi tembak dan senjata berat mereka ke taman kanak-kanak dan sekolah menengah, fasilitas kota dan medis di seluruh Ukraina, termasuk di wilayah Dnepropetrovsk, Zaporozhye, Kiev, Odessa, Sumy, Kharkov, dan Chernigov.
"Organisasi Kesehatan Dunia belum memberikan penilaian yang tepat terhadap fakta ketika institusi medis tidak digunakan oleh neo-Nazi untuk tujuan asli mereka, seperti perawatan medis, tetapi sebagai benteng dan titik tembak untuk melakukan operasi militer," ungkap Mizintsev yang juga mengepalai Markas Besar Koordinasi Bersama Rusia untuk Respon Kemanusiaan di Ukraina, dikutip dari TASS 18 April.
Terpisah, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov pada Hari Minggu mengatakan, Kyiv mempekerjakan lebih dari 6.800 tentara bayaran asing dari 63 negara sejak Rusia memulai operasi khusus.
Baca juga:
- Rusia Klaim Berhasil Bebaskan Sandera di Masjid Turki Mariupol Lewat Operasi Khusus
- Tegaskan Keprihatinan Invasi Rusia ke Ukraina saat Misa Paskah, Paus Fransiskus: Tolong, Jangan Sampai Terbiasa Perang
- Perdana Umrah dan Puasa Ramadan di Tanah Suci, Bintang K-pop Daud Kim: Saya Orang Paling Beruntung, Terinspirasi Indonesia
- Sisa Pasukannya di Mariupol Masih Berjuang dan Tolak Seruan Rusia untuk Menyerah, PM Ukraina: Kota Ini Belum Jatuh
"Rezim nasionalis Kyiv telah mempekerjakan total 6.824 tentara bayaran asing dari 63 negara sejak dimulainya operasi militer khusus," ungkapnya.
Ia menambahkan, kebanyakan tentara bayaran, 1.717 orang, berasal dari Polandia, sekitar 1.500 dari AS, Kanada dan Rumania. Sampai dengan 300 orang tiba dari Inggris dan Georgia masing-masing, sementara 193 orang datang dari daerah Suriah yang dikendalikan oleh Turki.