Presiden Zelensky: Mariupol Telah Dihancurkan, Ada Puluhan Ribu Orang Tewas
JAKARTA - Otoritas Ukraina puluhan ribu orang mungkin tewas dalam serangan pasukan Rusia terhadap Kota Mariupol, sementara anggota ombudsman menduga tentara Moskow di wilayah itu melakukan penyiksaan dan eksekusi.
Reuters telah mengkonfirmasi kehancuran yang meluas di Mariupol, tetapi tidak dapat memverifikasi dugaan kejahatan atau perkiraan mereka yang tewas di kota strategis, yang terletak di antara Krimea yang dicaplok Rusia dan wilayah timur Ukraina yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia.
"Mariupol telah dihancurkan, ada puluhan ribu orang tewas, tetapi meskipun demikian, Rusia tidak menghentikan serangan mereka," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidato video kepada anggota Parlemen Korea Selatan tanpa memberikan rincian lebih lanjut, seperti melansir Reuters 12 April.
Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi jumlah kematian terbesar sejauh ini yang dilaporkan di satu tempat di Ukraina, di mana kota-kota dan desa-desa telah dibombardir tanpa henti dan mayat-mayat, termasuk warga sipil, terlihat di jalan-jalan.
Sementara itu, Kepala Republik Rakyat Donetsk yang diproklamirkan sendiri yang didukung Rusia, Denis Pushilin, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA pada Hari Senin, lebih dari 5.000 orang mungkin telah tewas di Mariupol. Dia mengatakan pasukan Ukraina bertanggung jawab.
Terpisah, Jjumlah orang yang meninggalkan kota telah turun karena pasukan Rusia telah memperlambat pemeriksaan sebelum keberangkatan, Petro Andryushchenko, seorang pembantu walikota Mariupol, mengatakan pada Hari Senin di layanan pesan Telegram.
Sekitar 10.000 orang sedang menunggu pemeriksaan oleh pasukan Rusia, katanya. Rusia tidak mengizinkan personel militer untuk pergi dengan pengungsi sipil. Tidak ada komentar langsung dari Moskow, yang sebelumnya menyalahkan Ukraina karena menghalangi evakuasi.
Mengutip angka dari Pemerintah Kota Mariupol, ombudswoman hak asasi manusia Ukraina Lyudmyla Denisova mengatakan 33.000 penduduk Mariupol telah dideportasi ke Rusia atau wilayah yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur.
Adapun Rusia mengatakan pada Hari Minggu, mereka telah 'mengevakuasi' 723.000 orang dari Ukraina sejak dimulainya apa yang disebutnya 'operasi khusus', membantah menyerang warga sipil.
"Para saksi melaporkan bahwa pasukan penjaga nasional Rusia dan unit 'Kadyrovite' (Chechnya) melakukan penangkapan ilegal, menyiksa tahanan dan mengeksekusi mereka karena sikap pro-Ukraina," di Mariupol, ungkap Denisova dalam sebuah unggahan di Telegram.
Pemerintah Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan penyiksaan tersebut.
Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Geraschenko mengatakan dalam wawancara yang disiarkan televisi pada Hari Senin, "orang-orang yang dideportasi" Ukraina ditempatkan di sanatoria dan kamp liburan yang dijaga.
"Orang-orang ini tidak diizinkan untuk bergerak bebas, atau memiliki akses gratis ke platform komunikasi untuk menghubungi kerabat mereka di Ukraina," terangnya, tanpa mengutip bukti langsung.
Baca juga:
- Warga Bucha Sebut Pasukan Rusia Tiba 27 Februari: Sita Tiga Apartemen untuk Pos Komando, Korban Tewas Dipukuli dan Ditembak
- Berhasil Diidentifikasi, Dua Komandan Batalion Azov Ukraina Diburu Terkait Penganiayaan Delapan Tahanan Perang Rusia
- Kepala Pentagon Telepon Menhan Ukraina, AS Prioritaskan Pengiriman UAV, Javelin hingga Stinger Bantu Kyiv Hadapi Rusia
- Puluhan Diplomatnya Diusir, Rusia Ingatkan Negara-negara Barat: Merusak Hubungan Bilateral
Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan kepada Reuters, jumlah pos pemeriksaan di sepanjang koridor yang dikontrol Rusia antara Mariupol ke ota Zaporizhzhia di Ukraina telah bertambah dari tiga menjadi 15.
Mariupol termasuk di antara sembilan koridor kemanusiaan yang disepakati dengan Rusia pada Hari Senin, untuk mengevakuasi orang-orang dari wilayah timur yang terkepung, tetapi koridornya hanya untuk mobil pribadi, kata Vereshchuk di Telegram.
"Tidak mungkin menyepakati penyediaan bus," katanya.
Diketahui, Ukraina mengatakan pasukan Rusia berkumpul untuk serangan baru di wilayah timur, termasuk Mariupol, di mana orang-orang tidak memiliki pasokan air, makanan dan energi selama berminggu-minggu.