Ingin Tetap Rajai Otomotif di ASEAN, Thailand Beri Isentif Khusus untuk Investasi Mobil Listrik
JAKARTA - Thailand telah memperluas insentif untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik (EV). Hal ini diungkapkan oleh badan promosi investasi Thailand pada Kamis, 7 April. Negeri Gajah Putih ini ingin mempertahankan statusnya sebagai pusat produksi mobil utama di Asia Tenggara.
Stasiun pengisian yang lebih kecil sekarang akan memenuhi syarat untuk manfaat pajak tiga tahun, insentif tambahan di atas pembebasan pajak penghasilan perusahaan lima tahun yang tersedia untuk investasi di stasiun pengisian dengan setidaknya 40 pengisi daya. Hal ini sudah diumumkan oleh Duangjai Asawachintachit, kepala Dewan Investasi ( BOI), mengatakan pada konferensi pers.
“Kondisi yang melarang investor menerima manfaat tambahan dari lembaga lain, dan persyaratan untuk sertifikasi ISO juga telah dihapus,” katanya.
“Langkah-langkah revisi ini adalah untuk memastikan bahwa insentif kami tetap relevan dalam lingkungan bisnis yang cepat berubah," ujarnya.
Baca juga:
Thailand saat ini mulai mendorong konsumen untuk beralih ke EV, dengan tujuan memastikan 30% dari total output produksi mobilnya adalah EV pada tahun 2030.
“Pada periode Januari-Maret, aplikasi investasi asing dan Thailand secara keseluruhan, termasuk untuk industri otomotif, bernilai 110,7 miliar baht (Ro 47,3 triliun), turun 6% dari tahun sebelumnya karena tantangan geopolitik dan ekonomi global,” kata Duangjai, seperti dikutip Reuters.
Namun, janji investasi asing saja naik 29% menjadi 77,3 miliar baht (Rp33 triliun) pada periode Januari-Maret. Taiwan, Jepang dan China kini menjadi tiga investor teratas di Thailand. Di antara industri yang ditargetkan, sektor otomotif menduduki puncak daftar dengan nilai investasi 41,6 miliar baht (Rp17,8 triliun).