Didukung 93 Negara, PBB Tangguhkan Keanggotan Rusia dari Dewan HAM: Rusia Pilih Mundur
JAKARTA - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Hari Kamis menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB, atas laporan "pelanggaran berat dan sistematis dan pelanggaran hak asasi manusia" di Ukraina, mendorong Moskow untuk mengumumkan mundur dari badan tersebut.
Resolusi yang dipimpin Amerika Serikat mengumpulkan 93 suara mendukung, sementara 24 negara memilih tidak dan 58 negara abstain. Dua pertiga mayoritas anggota pemungutan suara di Majelis Umum beranggotakan 193 orang di New York, abstain tidak dihitung, diperlukan untuk menangguhkan Rusia dari 47 anggota Dewan Hak Asasi Manusia yang berbasis di Jenewa.
Berbicara setelah pemungutan suara, wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Gennady Kuzmin menggambarkan langkah itu sebagai "langkah yang tidak sah dan bermotivasi politik". Ia kemudian mengumumkan Rusia telah memutuskan untuk keluar dari Dewan Hak Asasi Manusia sepenuhnya.
"Anda tidak mengajukan pengunduran diri setelah Anda dipecat," kata Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya kepada wartawan, melansir Reuters 8 April.
Rusia berada di tahun kedua dari masa jabatan tiga tahun. Di bawah Hesolusi hari Kamis, Majelis Umum bisa saja kemudian setuju untuk mengakhiri penangguhan tersebut.
Tapi itu tidak bisa terjadi sekarang Rusia telah keluar dari dewan, seperti yang dilakukan Amerika Serikat pada 2018 atas apa yang disebutnya bias kronis terhadap Israel dan kurangnya reformasi.
Amerika Serikat tahun lalu terpilih kembali menjadi anggota dewan. Suspensi jarang terjadi. Libya ditangguhkan pada 2011 karena kekerasan terhadap pengunjuk rasa oleh pasukan yang setia kepada pemimpin saat itu Muammar Gaddafi.
Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan PBB "mengirim pesan yang jelas, penderitaan para korban dan penyintas tidak akan diabaikan."
"Kami memastikan pelanggar hak asasi manusia yang gigih dan kejam tidak akan diizinkan untuk menduduki posisi kepemimpinan hak asasi manusia di PBB," ujarnya dalam sambutan yang akan disampaikan ke Majelis Umum pada Kamis.
Dewan Hak Asasi Manusia tidak dapat membuat keputusan yang mengikat secara hukum. Keputusannya mengirimkan pesan politik yang penting, bagaimanapun, dan dapat mengizinkan penyelidikan. Bulan lalu dewan tersebut membuka penyelidikan atas tuduhan pelanggaran hak, termasuk kemungkinan kejahatan perang, di Ukraina.
Resolusi pada hari Kamis adalah yang ketiga diadopsi oleh Majelis Umum beranggotakan 193 orang, sejak Rusia menginvasi negara tetangga Ukraina pada 24 Februari. Dua resolusi Majelis Umum sebelumnya yang mencela Rusia diadopsi dengan 141 dan 140 suara mendukung.
Setelah abstain pada dua suara Majelis Umum sebelumnya, mitra Rusia China menentang resolusi tersebut pada Hari Kamis.
"Langkah tergesa-gesa di Majelis Umum, yang memaksa negara-negara untuk memilih pihak, akan memperburuk perpecahan di antara negara-negara anggota dan mengintensifkan konfrontasi antara pihak-pihak terkait, itu seperti menambahkan bahan bakar ke dalam api," kata Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun.
Baca juga:
- Berhasil Diidentifikasi, Dua Komandan Batalion Azov Ukraina Diburu Terkait Penganiayaan Delapan Tahanan Perang Rusia
- Kepala Pentagon Telepon Menhan Ukraina, AS Prioritaskan Pengiriman UAV, Javelin hingga Stinger Bantu Kyiv Hadapi Rusia
- Puluhan Diplomatnya Diusir, Rusia Ingatkan Negara-negara Barat: Merusak Hubungan Bilateral
- Sindir Pemimpin Barat yang Tuduh Presiden Putin Penjahat Perang, Menlu Lavrov: Tanya Hati Nurani Sendiri
Teks Majelis Umum pada Hari Kamis mengungkapkan "keprihatinan besar pada hak asasi manusia yang sedang berlangsung dan krisis kemanusiaan di Ukraina," terutama pada laporan pelanggaran hak oleh Rusia.
Sebelumnya, Rusia telah memperingatkan negara-negara bahwa suara ya atau abstain akan dipandang sebagai "isyarat tidak bersahabat" dengan konsekuensi untuk hubungan bilateral, menurut catatan yang dilihat oleh Reuters.
Diketahui, Rusia mengatakan sedang melakukan "operasi militer khusus" yang bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur militer Ukraina, menyangkal menyerang warga sipil. Sementara Ukraina dan sekutunya mengatakan Moskow menyerbu tanpa provokasi.