Barat Gaungkan Kejahatan Perang di Ukraina, Menlu Rusia: Dalih Memutus Negosiasi yang Sedang Dilakukan
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh Barat pada Hari Selasa mencoba untuk menggagalkan negosiasi antara Rusia dan Ukraina, dengan memicu 'histeria' atas dugaan kejahatan perang oleh pasukan Moskow.
Kyiv dan Barat mengatakan ada bukti, termasuk gambar dan kesaksian saksi yang dikumpulkan oleh Reuters dan organisasi media lainnya, Rusia melakukan kejahatan perang di Kota Bucha, pinggiran Kyiv, Ukraina. Moskow membantah tuduhan itu dan menyebutnya itu sebagai pemalsuan yang mengerikan.
Menlu Lavrov mengatakan, tanpa memberikan bukti, Moskow yakin tuduhan itu untuk merusak proses negosiasi, setelah apa yang dia gambarkan sebagai kemajuan ketika perwakilan Ukraina dan Rusia bertemu di Turki pekan lalu.
"Kami cenderung berpikir alasannya adalah keinginan untuk mencari dalih untuk memutuskan negosiasi yang sedang dilakukan," katanya dalam sebuah video yang dikeluarkan oleh kementerian Luar Negeri Rusia, melansir Reuters 6 April.
Sebagai tanda jurang yang tersisa antara kedua belah pihak setelah hampir enam minggu perang, Menlu Lavrov mengatakan Moskow masih bersikeras pada demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, serta perlindungan bagi penutur bahasa Rusia di sana. Tetapi, Kyiv menyangkal bahwa ini adalah masalah nyata.
Baca juga:
- Kepala Pentagon Telepon Menhan Ukraina, AS Prioritaskan Pengiriman UAV, Javelin hingga Stinger Bantu Kyiv Hadapi Rusia
- Puluhan Diplomatnya Diusir, Rusia Ingatkan Negara-negara Barat: Merusak Hubungan Bilateral
- Sindir Pemimpin Barat yang Tuduh Presiden Putin Penjahat Perang, Menlu Lavrov: Tanya Hati Nurani Sendiri
- Ratusan Warga Sipil Disebut Tewas di Bucha Ukraina, Sekjen PBB Serukan Penyelidikan Independen
Diketahui, Ukraina dan pemerintah Barat mengatakan tuntutan ini, yang diajukan oleh Presiden Vladimir Putin pada awal invasi Rusia, adalah dalih palsu untuk serangan ilegal di negara demokratis.
Menlu Lavrov menegaskan, sekali lagi tanpa memberikan bukti, Ukraina telah "mencoba untuk menghentikan proses negosiasi sama sekali", setelah media Barat menerbitkan tuduhan kejahatan perang.