JAKARTA - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moskow, dalam upaya untuk menemukan solusi damai untuk perang di Ukraina.
Antonio Guterres memaparkan tujuannya untuk pembicaraan dengan Lavrov dalam sebuah pidato sebelum pertemuan dimulai, melansir The National News 26 April.
Dia mengatakan kepada Menlu Lavrov, PBB "sangat tertarik untuk menemukan cara untuk menciptakan kondisi untuk dialog yang efektif, menciptakan kondisi untuk gencatan senjata sesegera mungkin, dan menciptakan kondisi untuk solusi damai."
Sementara, Menlu Lavrov mengatakan situasi di Ukraina telah "menjadi katalis untuk sejumlah besar masalah", yang telah terakumulasi selama beberapa dekade terakhir di kawasan Eropa dan Atlantik.
Berbicara pada konferensi pers bersama setelah pertemuan tersebut, Menlu Lavrov mengulangi tuduhan pemerintahnya, bahwa Pemerintah Kyiv berusaha untuk melarang budaya dan bahasa Rusia, dan telah mempromosikan ideologi Nazi melalui undang-undang. Klaim tersebut telah dibantah oleh para analis.
Selain itu, Menlu Lavrov juga 'menuangkan air dingin' pada proposal Kyiv untuk mengadakan pembicaraan damai di kota pelabuhan Ukraina Mariupol, mengatakan terlalu dini untuk berbicara tentang siapa yang akan menengahi setiap negosiasi. Dia mengatakan, Rusia berkomitmen untuk solusi diplomatik melalui pembicaraan di Ukraina, sementara menuduh pemerintah Kyiv tidak serius tentang diskusi.
Menlu Lavrov juga menggarisbawahi kembali, Moskow siap untuk bekerja sama dengan PBB untuk membantu warga sipil di Ukraina.
"Tujuan kami terutama untuk melindungi penduduk sipil dan di sini kami siap bekerja sama dengan rekan-rekan kami dari PBB, untuk meringankan penderitaan penduduk sipil," terang Lavrov.
Sementara itu, Sekjen Guterres mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers, diskusi mereka tentang krisis Ukraina telah "sangat jujur".
Dia mengatakan prihatin dengan berbagai laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia dan kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina, mengatakan pertempuran untuk Donbas telah membawa "kematian dan kehancuran yang luar biasa" ke Ukraina timur.
Lebih jauh dia juga mengatakan, koridor kemanusiaan yang efektif sangat dibutuhkan untuk mengevakuasi warga sipil dari daerah yang terkena tembakan, dan menyerukan gencatan senjata.
"Semakin cepat perdamaian dibangun, semakin baik demi Ukraina, Rusia, dan dunia," katanya.
Sekjen PBB mengakui perbedaan pendapat di Kyiv dan Moskow, tetapi menunjukkan fakta, ada tank Rusia di Ukraina tetapi tidak ada tank Ukraina di Rusia.
Sebelum pertemuan, Menlu Lavrov mengatakan kepada tamunya, dia ingin berbicara tentang perlunya multilateralisme dan pekerjaan PBB. Menlu Lavrov menuduh Barat mengabaikan prinsip-prinsip multilateralisme.
"Prinsip-prinsip multilateralisme sejati ini, selama beberapa tahun, telah dicemooh oleh Barat yang telah melakukan taktik menanamkan ke dalam arena dunia, tatanan dunia sepihak agar tetap selamanya," katanya melalui seorang penerjemah.
Guterres menanggapi dengan menggambarkan dirinya sebagai "multilateralis yang sangat berkomitmen, berdasarkan nilai-nilai Piagam PBB dan hukum internasional."
Dia mengatakan meskipun PBB dan Moskow memiliki interpretasi yang berbeda tentang perang di Ukraina, kedua belah pihak dapat bekerja sama untuk meminimalkan penderitaan orang-orang di negara bekas Soviet.
"Saya tahu bahwa kita memiliki interpretasi yang berbeda tentang apa yang terjadi di Ukraina," ujarnya selama kunjungan pertamanya ke Rusia sejak invasi ke Ukraina.
"Itu tidak membatasi kemungkinan untuk melakukan dialog yang sangat serius tentang cara terbaik yang bisa kita lakukan, untuk meminimalkan penderitaan orang."
Sekjen PBB mengatakan, dia juga ingin menemukan cara untuk mengurangi dampak konflik di bagian lain dunia. Dia memperingatkan, banyak negara di seluruh dunia sedang menghadapi 'dampak dramatis perang', mengatakan upaya diperlukan untuk melindungi mereka dari dampak buruk di berbagai bidang seperti ketahanan pangan, energi, dan keuangan.
BACA JUGA:
Dia menekankan komitmennya "untuk melakukan segala yang mungkin untuk mengakhiri perang sesegera mungkin, melakukan segala kemungkinan untuk meminimalkan penderitaan rakyat dan untuk mengatasi dampak pada populasi rentan di bagian lain dunia".
Diketahui, Sekjen PBB Guterres selanjutnya akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pembicaraan lebih lanjut pada Hari Selasa. Berikutnya, di akan melakukan perjanan ke Kyiv, setelah pembicaraan di Moskow selesai.
Adapun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengkritik Guterres untuk pergi ke Rusia sebelum Ukraina, dengan alasan “tidak ada keadilan dan tidak ada logika” di dalamnya.
Presiden Zelensky mengatakan itu "salah" bagi sekretaris jenderal PBB untuk mengadakan pembicaraan dengan pejabat Rusia sebelum bertemu dengan Ukraina.