Invasi Rusia ke Ukraina: Menlu Retno Sebut Indonesia Terus Berkonsultasi dengan Seluruh Anggota G20 di Semua Level
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyebut Indonesia terus melakukan konsultasi mengenai situasi yang terjadi Ukraina, terjadi dengan Presidensi G20.
Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 pada Oktober mendatang di Bali. Gelaran masih jauh, namun pertemuan tersebut sudah menarik perhatian, seiring dengan posisi Rusia terkait invasi ke Ukraina yang menyebabkan desakan untuk mengeluarkannya dari keanggotaan.
"Indonesia terus berkonsultasi dengan seluruh anggota G20 terkait situasi di Ukraina. Konsultasi dilakukan di semua level dari presiden, menteri luar negeri, menteri keuangan, sampai level sherpa dan deputi," jelas Menlu Retno dalam keterangan pers virtual dari Qatar, 28 Maret.
Menlu Retno menggarisbawahi, sebagai Presidensi G20, Indonesia terus mendengarkan pandangan dan saran seluruh anggota. Ia juga menyebut, G20 menjadi harapan dunia untuk dapat menjadi katalis pemulihan pandemi dan ekonomi.
Lebih jauh Menlu Retno mengungkapkan, dirinya juga membahas mengenai situasi yang terjadi di Ukraina bersama dengan Wakil Menlu Ukraina Emine Dzhaparova.
"Fokus kami pada situasi kemanusiaan di Ukraina yang memang sangat mengkhawatirkan. Jika perang terus berlanjut, maka bisa dipastikan situasi kemanusiaan akan semakin memburuk," jelasnya.
"Mempertimbangkan adanya kondisi kemanusiaan yang mendesak, Indonesia akan mempertimbangkan secara positif untuk mengirimkan bantuan bagi rakyat Ukraina," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Indonesia akan tetap mengundang Rusia untuk hadir dalam KTT G20 yang akan dihelat pada akhir Oktober nanti, di tengah derasnya kritik atas invasi ke Ukraina.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam keteranganmya kemarin di Jakarta mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin direncanakan menghadiri KTT G20 di Bali.
Dia mengapresiasi posisi Pemerintah Indonesia sebagai Presidensi G20, di tengah adanya permintaan untuk tidak mengundang Rusia hadir.
Mengenai hal ini, Staf Khusus untuk Penguatan Program-program Prioritas Kementerian Luar Negeri, sekaligus Co-Sherpa G20 Dian Triansyah Djani mengatakan, Indonesia akan tetap mengundang Rusia.
"Sebagai presidensi dan sesuai presidensi sebelumnya, Indonesia mengundang semua anggota," ujarnya dalam keterangan pers virtual Kamis 24 Maret.
Dijelaskan olehnya, Indonesia dalam berbagai kesempatan memimpin organisasi dan forum internasional di dunia, selalu berpegang pada aturan dan prosedur yang berlaku.
"Salah satu tugas presidensi, berkonsultasi dengan semua anggota. Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan juga dan lainnya mengadakan konsultasi dengan semua pihak secara bilateral," jelasnya.
"Posisi kita jelas, kita akan melaksanakan tugas. Kami tidak akan mengomentari komentar orang lain," tukasnya.
Baca juga:
- Lumpuhkan Pertahanan Udara Ukraina: Rusia Klaim Kuasai Kota Izyum, Hancurkan Depot Senjata hingga Kendaraan Lapis Baja
- Turki Nilai 'Barter' Rudal S-400 untuk Ukraina dengan Program Jet Tempur F-35 AS Tidak Realistis
- Media Rusia Klaim Temukan Sertifikat Pelatihan Inggris untuk Tentara Ukraina, Meliputi Keahlian Senjata hingga Medis
- Sebut Rusia Tidak Dapat Menangi Perang Nuklir, NATO Peringatkan Penggunaan Senjata Kimia: Mengubah Konflik dan Berdampak Luas
Selain itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia akan mendalami perkembangan terkait seputar rencana kehadiran Rusia dan Presiden Vladimir Putin, dalam KTT G20 di Bali akhir Oktober mendatang. Ini terkait dengan pernyataan Presiden AS Joe Biden.
Presiden Biden mengatakan Ukraina harus diizinkan hadir dalam KTT G20 di Bali, jika Indonesia selaku Presidensi G20 dan negara lainnya tidak menyetujui penghapusan Rusia. Terkait hal ini, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia akan mendalami perkembangan yang terjadi.
"Akan didalami terlebih dahulu perkembangan ini," ujar Juru Bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah saat dikonfirmasi VOI, Jumat 25 Maret.
Untuk diketahui, negara anggota G20 meliputi, AS, Australia, Argentina, Brasil, China, Kanada, Uni Eropa, Jerman, Prancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki dan Inggris