Presiden Biden Nilai Rusia Harus Dikeluarkan: Jika Indonesia dan Lainnya Tidak Setuju, Ukraina Harus Diizinkan Hadir
JAKARTA - Presiden AS Joe Biden mengatakan menurutnya Rusia harus dikeluarkan dari organisasi ekonomi utama Kelompok Dua Puluh (G20), topik yangdiangkat selama pertemuannya dengan para pemimpin dunia di Brussel pada Kamis pagi.
"Jawaban saya adalah ya, tergantung pada G20," kata Biden, ketika ditanya apakah Rusia harus dikeluarkan dari grup tersebut, melansir Reuters 25 Maret.
Presiden Biden juga mengatakan, jika negara-negara seperti Indonesia dan lainnya tidak setuju dengan penghapusan Rusia, maka dalam pandangannya, Ukraina harus diizinkan untuk menghadiri pertemuan tersebut.
Sebelumnya, Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Presidensi G20 akan tetap mengundang Rusia untuk hadir dalam KTT G20 yang akan dihelat pada akhir Oktober nanti, di tengah derasnya kritik atas invasi ke Ukraina.
Staf Khusus untuk Penguatan Program-program Prioritas Kementerian Luar Negeri, sekaligus Co-Sherpa G20 Dian Triansyah Djani mengatakan, Indonesia akan tetap mengundang Rusia.
"Sebagai presidensi dan sesuai presidensi sebelumnya, Indonesia mengundang semua anggota," ujarnya dalam keterangan pers virtual Kamis 24 Maret.
Dijelaskan olehnya, Indonesia dalam berbagai kesempatan memimpin organisasi dan forum internasional di dunia, selalu berpegang pada aturan dan prosedur yang berlaku.
"Salah satu tugas presidensi, berkonsultasi dengan semua anggota. Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan juga dan lainnya mengadakan konsultasi dengan semua pihak secara bilateral," jelasnya.
"Posisi kita jelas, kita akan melaksanakan tugas. Kami tidak akan mengomentari komentar orang lain," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat dan sekutu Baratnya sedang menilai, apakah Rusia harus tetap berada dalam Kelompok Dua Puluh ekonomi utama setelah invasi ke Ukraina, sumber yang terlibat dalam diskusi mengatakan kepada Reuters.
Tetapi, setiap langkah untuk mengecualikan Rusia mungkin akan diveto oleh negara lain dalam kelompok itu, meningkatkan prospek beberapa negara alih-alih melewatkan pertemuan G20, kata sumber tersebut.
"Ada diskusi tentang apakah pantas bagi Rusia untuk menjadi bagian dari G20. Jika Rusia tetap menjadi anggota, itu akan menjadi organisasi yang kurang berguna," sebut sumber senior G7.
Baca juga:
- Lumpuhkan Pertahanan Udara Ukraina: Rusia Klaim Kuasai Kota Izyum, Hancurkan Depot Senjata hingga Kendaraan Lapis Baja
- Turki Nilai 'Barter' Rudal S-400 untuk Ukraina dengan Program Jet Tempur F-35 AS Tidak Realistis
- Media Rusia Klaim Temukan Sertifikat Pelatihan Inggris untuk Tentara Ukraina, Meliputi Keahlian Senjata hingga Medis
- Sebut Rusia Tidak Dapat Menangi Perang Nuklir, NATO Peringatkan Penggunaan Senjata Kimia: Mengubah Konflik dan Berdampak Luas
Adapun China, yang tidak mengutuk invasi Rusia dan mengkritik sanksi Barat, membela Moskow pada Rabu, menyebut Rusia sebagai "anggota penting" G20.
"Tidak ada anggota yang memiliki hak untuk memberhentikan negara lain sebagai anggota. G20 harus menerapkan multilateralisme yang nyata, memperkuat persatuan dan kerja sama," tegasnya dalam jumpa pers.
Terpisah, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam keteranganmya kemarin di Jakarta mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin direncanakan menghadiri KTT G20 di Bali.
Dia mengapresiasi posisi Pemerintah Indonesia sebagai Presidensi G20, di tengah adanya permintaan untuk tidak mengundang Rusia hadir.