Kecelakaan China Eastern Airlines: Maskapai Gelar Penyelidikan, Disebut Tidak Ada Penumpang Asing
JAKARTA - Pesawat Boeing 737-800 dengan 132 orang di dalamnya milik maskapai penerbangan China Eastern Airlines, jatuh di pegunungan di China selatan dalam penerbangan domestik pada Hari Senin, setelah mengalami penurunan ketinggian tiba-tiba, dengan media menyebut tidak ada tanda-tanda korban selamat.
Maskapai itu mengatakan sangat berduka bagi penumpang dan awak, tanpa menyebutkan berapa banyak orang yang tewas di jet itu. Sementara, Boeing mengatakan siap membantu China Eastern dan telah menghubungi regulator keselamatan transportasi Amerika Serikat atas insiden tersebut.
Media China menampilkan rekaman video jalan raya singkat dari dasbor kendaraan, diduga menunjukkan pesawat menghujam ke tanah di belakang pepohonan pada sudut sekitar 35 derajat secara vertikal. Mengutip Reuters 22 Maret, rekaman tersebut tidak dapat segera memverifikasi rekaman tersebut.
Pesawat itu sedang dalam perjalanan dari kota barat daya Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, ke Guangzhou, ibu kota Guangdong, yang berbatasan dengan Hong Kong, ketika jatuh.
China Eastern mengatakan penyebab kecelakaan itu sedang diselidiki. Kecelakaan seperti itu biasanya melibatkan banyak faktor, sementara para ahli memperingatkan masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang penyebab potensial, terutama mengingat langkanya informasi yang tersedia.
Penyelidik akan memeriksa puing-puing dan perekam penerbangan untuk mencari faktor-faktor yang bisa menyebabkan pesawat itu jatuh secara vertikal dan menabrak pegunungan dengan kecepatan tinggi.
Maskapai mengatakan telah mengirim kelompok kerja ke lokasi. Tidak ada orang asing dalam penerbangan itu, televisi pemerintah China melaporkan, mengutip China Eastern.
Kerabat, teman, dan kolega penumpang berkumpul pada Senin malam di area tertutup di tujuan jet, Bandara Internasional Guangzhou Baiyun.
Seorang pria bermarga Yan mengatakan, seorang rekannya berada di pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut, dengan dia telah memberi tahu ibu dari pria berusia 29 tahun itu.
"Ketika dia mengangkat telepon, dia tersedak," kata Yan, menambahkan bahwa dia 'berat hati' ketika mendengar berita itu, mengutip Reuters 22 Maret.
Staf China Eastern sedang membuat pengaturan untuk kerabat yang ingin melakukan perjalanan ke lokasi kecelakaan pada Hari Selasa, tutur Yan. Reuters tidak dapat memverifikasi identitas Yan secara independen.
Pesawat, dengan 123 penumpang dan sembilan awak di dalamnya, kehilangan kontak di atas Kota Wuzhou, Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) dan maskapai mengatakan. Penerbangan meninggalkan Kunming pada pukul 13:11 waktu setempat, data FlightRadar24 menunjukkan, kemudian dijadwalkan mendarat di Guangzhou pada 15:05. waktu setempat.
Pesawat, yang menurut Flightradar24 berusia enam tahun, telah terbang pada ketinggian 29.100 kaki pada pukul 06.20 GMT. Kemudian mulai turun dengan cepat ke 7.425 kaki sebelum pulih ke 8.600 kaki dan kemudian turun dengan cepat lagi, data FlightRadar24 menunjukkan. Ketinggian terakhir yang dilacak adalah 3.225 kaki di atas permukaan laut.
Media mengutip seorang pejabat penyelamat mengatakan, pesawat itu hancur dan menyebabkan kebakaran yang menghancurkan pohon bambu. People's Daily mengutip seorang pejabat departemen pemadam kebakaran provinsi mengatakan, tidak ada tanda-tanda kehidupan di antara puing-puing.
Sementara, media pemerintah menunjukkan sepotong pesawat di lereng bukit tanah yang bekas luka. Tidak ada tanda-tanda kebakaran atau barang-barang pribadi. Data cuaca online menunjukkan kondisi sebagian berawan dengan visibilitas yang baik di Wuzhou pada saat kecelakaan.
Akibat kecelakaan ini, China Eastern Airlines telah mengandangkan armada pesawat 737-800, media pemerintah melaporkan. Data FlightRadar24, maskapai ini memiliki 109 pesawat.
Menyikapi kecelakaan pesawat China Eastern Airline, Presiden Xi Jinping meminta penyelidik untuk menentukan penyebab kecelakaan itu sesegera mungkin, lapor penyiar negara CCTV.
Terpisah, Boeing mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pikirannya tertuju pada penumpang dan awak.
"Boeing melakukan kontak dengan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) dan ahli teknis kami siap membantu penyelidikan yang dipimpin oleh (CAAC)," ungkap perusahaan itu.
Baca juga:
- Wakil Komandan Armada Laut Hitamnya Ditembak Mati, Rusia Ultimatum Pasukan Ukraina di Mariupol Letakkan Senjata
- Tepis Penilaian PM Inggris dan Belanda, Presiden Belarusia: Jika Uni Soviet Tidak Runtuh, Konflik di Dunia Bisa Dihindari
- Jadi Wilayah Strategis: Rusia Bombardir Kota Mariupol, Ukraina Beri Perlawanan
- Ingin Sistem Pertahanan Rudal Iron Dome, Presiden Zelensky Pertanyakan Keengganan Israel Jual Senjata ke Ukraina
Diketahui, bencana itu terjadi ketika Boeing berusaha bangkit dari beberapa krisis yang tumpang tindih, termasuk pandemi virus corona dan kecelakaan yang melibatkan model 737 MAX-nya.
Penyedia data penerbangan OAG mengatakan bulan ini, China Eastern Airlines yang dimiliki oleh negara adalah yang terbesar keenam di dunia, berdasarkan kapasitas kursi mingguan terjadwal dan terbesar di China.
Selain itu, catatan keselamatan industri penerbangan China termasuk yang terbaik di dunia selama dekade terakhir. Menurut Aviation Safety Network, kecelakaan jet fatal terakhir China terjadi pada 2010, ketika 44 dari 96 orang di dalamnya tewas ketika jet regional Embraer E-190 yang diterbangkan oleh Henan Airlines jatuh saat mendekati bandara Yichun dalam visibilitas rendah.