Bantah Tuduhan Biaya Pemeliharaan Turun, China Eastern Justru Sebut Naik 12 Persen
Biaya pemeliharaan China Eastern justru naik 12 persen. (foto; dok. antara_

Bagikan:

JAKARTA – Kecelakaan yang menimpa pesawat Boeing 737 milik China Eastern Airlines, beberapa hari lalu terus diselidiki pihak berwenang di China. Salah satunya mengulik tentang isu kondisi pesawat tersebut yang memicu dan menjadi penyebab kecelakaan.

Pada Jumat, 25 Maret, China Eastern Airlines sudah membantah isu bahwa pihaknya memangkas dana pemeliharaan pesawat senilai 10 miliar yuan (sekitar Rp22,5 triliun) sepanjang tahun 2021.

Pemangkasan dana itu telah dikaitkan dengan kecelakaan pesawat miliknya di Guangxi pekan ini yang menewaskan 132 orang. Dalam konferensi pers di Nanning, Guangxi, maskapai itu membantah rumor tersebut.

"Untuk menjamin keselamatan, biaya pemeliharaan ditingkatkan, meskipun frekuensi penerbangan lebih sedikit karena COVID-19," kata China Eastern dalam sebuah pernyataan yang dikutip media-media setempat.

Bahkan dibandingkan dengan 2019, biaya pemeliharaan pada 2021 naik 12 persen, tulis China Daily mengutip China Eastern.

"Karena China Eastern terdaftar di lantai bursa, silakan cek data-data yang sudah terbuka dan transparan itu," kata pihak maskapai yang berkantor pusat di Shanghai itu, seperti dikutip Antara.

Kecelakaan udara terbesar di China dalam 12 tahun terakhir itu juga diduga disebabkan oleh kerusakan pada pickle fork, komponen yang menyatukan badan dan sayap pesawat.

Namun China Eastern mengatakan tidak ada masalah dengan komponen itu sehingga perbaikan tidak dibutuhkan. Apalagi diperbaiki secara mandiri seperti yang diisukan selama ini.

Sementara itu, pakar kedirgantaraan dari Beihang University, Prof Huang Jun, menduga pilot pesawat nahas tersebut kehilangan kendali.

"Salah satu alasan jatuhnya pesawat itu secara tiba-tiba bisa jadi karena kerusakan sistem kendali penerbangan secara tiba-tiba," katanya seperti dikutip Global Times.

Adanya kegagalan fungsi pada sistem kendali tersebut, menurut Jun, pesawat bernomor penerbangan MU-5735 itu kehilangan daya angkat.

Jatuhnya pesawat itu dari ketinggian hampir 9.000 meter dalam penerbangan dari Kunming, Provinsi Yunnan, menuju Guangzhou, Provinsi Guangdong, masih meninggalkan misteri hingga kini.

Pesawat tersebut jatuh secara vertikal sebelum meledak dan terbakar saat menghunjam perbukitan di Kabupaten Tengxiang, Guangxi. Tim penyelamat berhasil menemukan satu dari dua kotak hitam pesawat.

Akibat kecelakaan tersebut, nilai saham China Eastern di bursa Shanghai terus menurun sejak peristiwa nahas itu. Hingga perdagangan saham ditutup pada Jumat, 25 Maret , harga saham maskapai itu mencapai 4,90 yuan (Rp11.050,57) atau turun 5,41 persen.