JAKARTA - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan laba bersih di 2023 menyentuh Rp5,32 triliun, melesat 91,55 persen secara tahunan. Padahal sebenarnya, pendapatan emiten rokok milik konglomerat Susilo Wonowidjojo tergerus pada tahun lalu.
Dalam laporan keuangan GGRM, dikutip VOI Senin 1 April, perseroan melaporkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp5,32 triliun. Jumlah itu naik signifikan mengingat tahun 2022 GGRM mencatatkan laba senilai Rp2,77 triliun.
Salah satu faktor pendorong laba perseroan adalah kemampuan melakukan efisiensi pada biaya pokok pendapatan. GGRM berhasil membukukan pendapatan senilai Rp118,95 triliun sepanjang 2023. Pendapatan GGRM itu turun 4,60 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) dari posisi Rp124,68 triliun pada 2022.
Sejalan dengan pendapatan yang turun, biaya pokok pendapatan juga ikut turun sebesar 8,13 persen atau setara Rp104,35 triliun. Pada 2022, biaya pokok pendapatan GGRM terdata sebesar Rp113,58 triliun.
Laporan keuangan GGRM menjelaskan bahwa penurunan biaya pokok pendapatan terjadi lantaran biaya produksi yang landai. Total biaya produksi GGRM yakni Rp15,54 triliun, turun 19,95 persen YoY.
Pada saat bersamaan biaya pita cukai, PPN dan pajak rokok juga ikut turun menjadi Rp73,29 triliun dari posisi Rp97,59 triliun. Hal ini terkait erat dengan kinerja penjualan rokok GGRM.
Dari total pendapatan yang tergerus menjadi Rp118,95 triliun, segmen sigaret kretek mesin tertekan paling dalam. Penjualan sigaret kretek mesin terdata senilai Rp96,02 triliun, turun 15,97 persen YoY.
Kenaikan penjualan terjadi pada sigaret kretek tangan. Namun, kenaikan itu belum mampu mengimbangi penurunan pada sigaret kretek mesin. Penjualan sigaret kretek tangan terdata sebesar Rp9,30 triliun, naik 6,10 persen YoY.
Sebagai konteks, sigaret kretek tangan menjadi segmen dengan kenaikan cukai paling kecil jika dibandingkan segmen lainnya. Hal itu disinyalir membuat konsumen melakukan substitusi kepada produk yang lebih murah.
Perihal tarif cukai itu setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada akhir 2022 telah menyetujui menaikkan cukai rokok sebesar 10 persen yang berlaku tahun 2023 dan 2024. Tarif tersebut ditujukan untuk SKM 1 dan 2 yang rata-rata meningkat 11,75 persen hingga 11,5 persen, sigaret putih mesin (SPM) 1 dan 2 naik 12 persen hingga 11,8 persen.
Adapun, sigaret kretek tangan (SKT) 1, 2, dan 3 naik sebesar 5 persen, sementara, cukai rokok elektrik naik 15 persen dan 6 persen untuk hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL) berlaku kenaikan setiap tahun sejak 2023 hingga 2028.
Bandara International Dhoho
Kembali ke laporan keuangan, pendapatan GGRM menjadi tidak tertekan lebih dalam lantaran adanya pendapatan konstruksi yang senilai Rp12,41 triliun. Pendapatan ini terkait erat dengan selesainya konstruksi Bandara Internasional Dhoho, Kediri, Jawa Timur yang digarap oleh PT Surya Dhoho Investama (SDHI), anak usaha GGRM.
Pada laporan keuangannya, GGRM melaporkan telah melakukan penandatanganan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) melalui SDHI dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan Bandara Internasional Dhoho.
"Masa berlaku KPBU dimulai tanggal 7 September 2022 dan akan berakhir pada tahun ke-50 dari tanggal beroperasi komersial, kecuali diakhiri lebih awal sesuai ketentuan KPBU," tulis GGRM dalam laporan keuangannya.
Perjanjian konsesi jasa itu membuat SDHI mengakui aset tidak berwujud senilai Rp13 triliun, liabilitas jangka panjang lainnya senilai Rp590,35 miliar dan pendapatan konstruksi sebesar Rp12,41 triliun.
Untuk membangun Bandara Internasional Dhoho, GGRM telah menyuntikkan modal kepada SDHI senilai total Rp14 triliun. Lewat SDHI, GGRM menjadi pemrakarsa proyek kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU) Bandar Udara di Kediri, Jawa Timur.
Berkat Bandara Internasional Dhoho, total aset tidak lancar GGRM menjadi Rp38,33 triliun pada akhir 2023, naik 15,76 persen YoY. Setelah digabungkan dengan aset lancar, total aset Gudang Garam terdata sebesar Rp92,45 triliun pada akhir 2023, naik 4,39 persen YoY dari posisi Rp88,56 triliun pada 2022.
GGRM melaporkan total liabilitas sebesar Rp31,58 triliun pada akhir 2023, naik tipis dari posisi Rp30,70 triliun pada akhir 2022. Adapun, total ekuitas perseroan sebesar Rp60,86 triliun, naik 5,20 persen YoY dengan arus kas dan setara kas GGRM terdata senilai Rp3,61 triliun pada akhir 2023.
BACA JUGA:
Jalan tol Kediri Tulungagung
Di luar bisnis rokok, GGRM juga bakal membangun Jalan Tol Kediri-Tulungagung. Jalan tol ini sepanjang 44,51 km ini nantinya menjadi urat penghubung Bandara Internasional Dhoho ke jaringan tol Trans Jawa melalui ruas tol Ngawi-Kertosono-Kediri.
GGRM masuk ke bisnis jalan tol melalui anak usahanya yang menjadi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yakni PT Surya Sapta Agung Tol (SSAT). BUJT ini telah ditetapkan sebagai pemenang lelang pengusahaan Jalan Tol Kediri-Tulungagung pada 14 Desember 2023.
Adapun, total biaya investasi untuk membangun Jalan Tol Kediri-Tulungagung diproyeksikan sebesar Rp9,92 triliun dengan biaya pengadaan lahan sebesar Rp3,14 triliun.