JAKARTA - Perusahaan rokok milik konglomerat Susilo Wonowidjojo, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan di semester I 2022. Laba perseroan anjlok, meski meraup pertumbuhan dari sisi top line.
Dalam laporan keuangan Gudang Garam, dikutip Senin 1 Agustus, emiten rokok ini mencatatkan laba bersih yang merosot 59,37 persen di paruh pertama tahun ini, yakni senilai Rp956,14 miliar dibanding Rp2,35 triliun pada semester I 2021. Laba bersih GGRM tersebut berbanding terbalik dengan pendapatan yang terkerek 1,82 persen secara tahunan menjadi Rp61,67 triliun.
Pendapatan Gudang Garam dari penjualan rokok dalam negeri menyumbang porsi terbesar, dengan rincian sigaret kretek mesin (SKM) senilai Rp55,9 triliun, sigaret kretek tangan (SKT) Rp4,17 triliun, dan rokok klobot Rp8,43 miliar. Secara keseluruhan, penjualan rokok Gudang Garam di pasar domestik di semester I/2022 naik 2 persen senilai Rp60,8 triliun dari Rp59,7 triliun periode yang sama tahun 2021.
Sementara itu, ekspor rokok Gudang Garam tercatat turun, dari Rp861,27 miliar di semester I 2021, menjadi Rp787,4 miliar di paruh pertama tahun ini. Beban pokok penjualan Gudang Garam mencapai Rp56,53 triliun atau naik 4,37 persen dibandingkan Rp54,16 triliun pada paruh pertama tahun lalu.
BACA JUGA:
Beban penjualan tertinggi berasal dari kenaikan pita cukai, PPN, dan pajak rokok yang meningkat 10,68 persen mencapai Rp50,70 triliun dibandingkan semester pertama 2021 senilai Rp45,81 triliun.
Selain itu, Gudang Garam juga menanggung sejumlah biaya yang turut membengkak, seperti biaya transportasi, pengangkutan, iklan, promosi, dan beban pemasaran lain yang mencapai total Rp1,12 triliun, naik 14,20 persen dari sebelumnya Rp980,65 miliar.