Kala Saran Megawati Ganti Cara Masak Menggoreng dengan Mengukus Didukung PKS dan MUI
JAKARTA - Pernyataan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputeri, yang mempertanyakan apakah ibu-ibu di Indonesia hanya mengetahui cara memasak dengan menggoreng, menjadi viral.
Mulanya, Ketua Umum PDI Perjuangan itu heran menyaksikan ibu-ibu yang berebut saat mengantre membeli minyak goreng di tengah kelangkaan. Megawati lantas menyarankan masyarakat agar mengubah pola memasak dari menggoreng menjadi mengukus atau merebus.
"Saya tuh sampai ngelus dada, bukan urusan masalah enggak ada atau mahalnya minyak goreng. Saya itu sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng? Sampai begitu rebutannya?" ujar Megawati dalam webinar 'Mencegah Stunting untuk Generasi Emas', Kamis, 17 Maret.
Ucapan Megawati yang mengkritik aktivitas emak-emak yang mengantre panjang demi mendapatkan minyak goreng murah itu lantas menuai beragam respons. Ada yang menilai Megawati tak punya empati, tapi ada pula yang mendukung dengan berbagai alasan salah satunya demi kesehatan.
Menanggapi kritikan terhadap Megawati, Politikus PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno ingin publik tidak memelintir ataupun memelesetkan pernyataan ketumnya yang viral tersebut.
Ia mengatakan bahwa pernyataan Megawati bukan berarti menyalahkan atau melarang ibu-ibu untuk mengolah makanan dengan cara menggoreng di tengah mahalnya harga minyak goreng.
Namun, katanya apa yang disampaikan Megawati agar masyarakat bisa membiasakan prinsip berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari, termasuk saat mengelola makanan yang tak melulu bergantung pada goreng-menggoreng.
Baca juga:
- Patut Dipantau! Didesak DPR Soal Mafia Minyak Goreng, Mendag Lutfi Sebut Kepolisian akan Umumkan Tiga Tersangka pada Pekan Depan
- Ibu-ibu Heboh Rebutan Minyak Goreng, Megawati: Apa Tidak Ada Cara Merebus, Mengukus?
- Soroti Harga Minyak Goreng dan Kelangkaan, Gerindra: Kebijakan Mendag Ternyata Macan Kertas
“Jadi, dalam cara-cara mengolah makanan pun kita harus mulai membiasakan prinsip berdikari dari hal-hal yang sederhana, seperti dengan cara merebus, mengukus, atau cara yang lain,” jelas Hendrawan, Minggu, 20 Maret.
Tak sepenuhnya mendapat kritik, saran Megawati justru mendapat dukungan bahkan oleh partai politik oposisi. Saran Megawati juga didukung oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Saran Megawati Didukung, Demi Kesehatan dan Berantas Mafia
Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR Mulyanto justru memandang tidak ada yang salah dengan saran Megawati. Menurutnya penghematan penggunaan minyak goreng memang menjadi penting.
"Selain untuk menekan konsumsi migor secara nasional, namun juga terutama terkait kesehatan keluarga. Pengurangan konsumsi gorengan sangat dianjurkan dokter, apalagi untuk lansia," kata Mulyanto kepada wartawan, Minggu, 20 Maret.
Gerakan pengurangan konsumsi minyak goreng, lanjutnya, bisa ditanggapi dan disambut dengan baik. Walau begitu, gerakan penghematan minyak goreng tidak lantas kemudian menggugurkan kewajiban pemerintah untuk memastikan ketersediaan pasokan minyak goreng dengan harga terjangkau.
Oleh karena itu, Fraksi PKS tetap mendesak pemerintah untuk menyediakan minyak dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat.
"Kehadiran negara dalam mengelola migor sebagai barang kebutuhan pokok masyarakat bersifat mandatori. Negara tidak boleh kalau dari mafia migor," ujarnya
Senada dengan PKS, Wakil Ketua MUI Anwar Abbas justru menilai positif masukan orang nomor satu di PDI Perjuangan itu.
Menurutnya, dengan menjalankan saran Megawati akan memberikan pelajaran bagi seluruh mafia minyak goreng. Kata Buya Anwar, mafia minyak goreng akan merugi jika seluruh masyarakat lebih memilih mengukus dan merebus masakannya.
Ditambah lagi, dengan menggoreng menggunakan minyak goreng justru akan menimbulkan banyak penyakit.
Ulama Muhammadiyah asal Sumatera Barat itu meyakini, jika saran Mega dijalankan maka akan mendorong para mafia melepas stok yang selama ini ditimbun.
"Dengan begitu, kehidupan ekonomi terutama yang terkait dengan minyak goreng tentu akan kembali normal,” kata Anwar Abbas, Minggu, 20 Maret.
Anwar Abbas menilai, jika masyarakat mampu memboikot minyak goreng, maka akan membuka peluang baru bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik.
"Keadaan ini bila kita lihat dari perspektif politik tentu akan bisa menciptakan stabilitas kehidupan masyarakat yang baik karena mereka bisa kembali hidup dengan tenang,” imbuhnya
Dia pun menyarankan agar para ibu-ibu dan emak-emak bersatu berantas mafia minyak goreng dengan tidak lagi menggunakan minyak goreng untuk aktivitas memasak.
"Jadi kesimpulannya bila ibu-ibu atau emak-emak di negeri ini bisa bersatu maka mafia minyak goreng dan atau mafia-mafia lainnya tentu akan bisa bertekuk lutut di hadapan kekuatan yang mereka (ibu-ibu) miliki,” katanya.
“Sehingga benarlah kata orang-orang bijak yang mengatakan bahwa ibu-ibu atau emak-emak itu adalah tiang negeri, karena mereka akan bisa menentukan corak dan warna dari kehidupan serta perjalanan sebuah bangsa,” demikian Anwar Abbas.