ESA Batalkan Misi Robot Penjelajah ke Mars karena Konflik Rusia-Ukraina Tak Kunjung Reda
JAKARTA - Akibat konflik Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan, Badan Antariksa Eropa (ESA) memutuskan untuk membatalkan pengiriman robot penjelajah pertamanya ke Mars dengan Badan Antariksa Rusia (Roscosmos).
Misi itu yang dijuluki ExoMars, jika jadi dilaksanakan, akan menyelidiki apakah Planet Merah tersebut pernah memiliki kehidupan di masa lalunya. Namun sayang, dalam konfirmasinya belum lama ini, ESA telah menangguhkan misi penjelajah ExoMars tanpa batas dengan Roscosmos.
Sebelumnya, ESA mengatakan bahwa misi itu sangat tidak mungkin karena perang Rusia melawan Ukraina. Keputusan untuk menangguhkan kerja sama dengan Roscosmos diambil oleh dewan penguasa ESA, pada pertemuan minggu ini di Paris.
"Kami sangat menyesalkan korban manusia dan konsekuensi tragis dari agresi terhadap Ukraina," kata ESA.
"Sambil mengakui dampak pada eksplorasi ilmiah ruang angkasa, ESA sepenuhnya selaras dengan sanksi yang dikenakan pada Rusia oleh negara-negara anggotanya," imbuhnya.
Baca juga:
Karena orbitnya masing-masing mengelilingi Matahari, Mars hanya dapat dicapai dari Bumi setiap dua tahun sekali. Jendela peluncuran berikutnya adalah 2024.
Melansir CBC, Jumat, 18 Maret, misi ExoMars telah ditunda dari 2020, karena pandemi COVID-19 dan perlunya lebih banyak dilakukan uji coba pada pesawat ruang angkasa.
Robot ExoMars itu nantinya akan diluncurkan dengan roket Proton-M Rusia dari situs peluncuran Baikonur di Kazakhstan, dan telah dijadwalkan untuk mendarat di Planet Merah itu sekitar sembilan bulan kemudian dari jadwal peluncuran yang tadinya pada September mendatang.
Meski begitu, ExoMars tak akan sendiri di Mars. Lebih dahulu ada penjelajah Perseverance milik NASA yang telah mendarat pada Februari 2021, dan rover Mars pertama China, Zhurong, dinamai dewa api China.