Kemendag Bilang Minyak Goreng Langka karena Ditimbun Warga, DPR: Menyakitkan, Tuduhan Tanpa Akal Sehat!

JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi bersuara keras dengan pernyataan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang bilang masyarakat melakukan penimbunan minyak goreng sehingga bikin langka.

Achmad Baidowi bilang, ucapan dari pejabat kementerian itu dinilai sangat menyakitkan masyarakat. Kalau pun masyarakat disebut menyimpan minyak hanya dua liter adalah karena kebutuhan, bukan karena ingin melakukan penimbunan.

"Pernyataan dari Kemendag bahwa kelangkaan minyak goreng salah satunya disebabkan karena penimbunan oleh warga. Tentu ini pernyataan yang sangat menyakitkan, bahkan tuduhan yang tidak menggunakan logika akal sehat," jelas Awiek, sapaan akrab Baidowi, dikutip dari Parlementaria yang dilihat redaksi, Jumat 11 Maret.

Politisi asal PPP ini menilai anggapan itu sangat tidak logis. Pasalnya yang terjadi di lapangan, minyak goreng memang sudah langka dan harganya pun juga sangat tinggi.

“Menyampaikan statement yang bersifat tuduhan kepada masyarakat itu sama hal dengan buang badan, melempar persoalan kepada orang lain,” tegasnya.

Daripada melempar tuduhan seperti itu, lebih baik Kemendag secara gamblang menjelaskan ke masyarakat terkait tata niaga minyak goreng dari hulu sampai hilir.

"Kalau Kemendag tidak mampu mengatur tata niaga minyak goreng ini ya minta maaf saja. Misalnya, tidak bisa kendalikan harga akibat dari ulah spekulan, akibat ulah dari distributor ataupun ulah dari pengepul, ataupun para produsen,” jelasnya.

Sehingga, Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI itu berharap ke depannya, Kemendag berhati-hati untuk mengeluarkan pernyataan agar tidak menimbulkan polemik baru di masyarakat.

Sebelumnya diberitakan, Inspektur Jenderal Kemendag Didid Noordiatmoko menjelaskan bahwa saat ini produksi minyak goreng sudah mendekati kebutuhan sehingga kelangkaan terhadap produk tersebut seharusnya dapat teratasi paling lambat akhir Maret 2022.

Namun, kata Didid, muncul persoalan baru yang merupakan dampak dari kenaikan harga dan kelangkaan barang yakni panic buying. Hal tersebut karena harga minyak goreng yang terjangkau sehingga membuat masyarakat membeli melebihi kebutuhan.

Padahal, kata Didid, hasil riset lah menyebutkan kebutuhan minyak goreng per orang hanya 0,8-1 liter per bulan. Sehingga dengan hasil tersebut maka banyak rumah tangga yang menyetok minyak goreng.