Soal Krisis Ukraina, Menlu Lavrov: Jika Terserah Rusia, Tidak akan Ada Perang
JAKARTA - Awal pekan ini, Rusia menerima tanggapan tertulis dari Amerika Serikat atas proposal jaminan keamanan yang diajukan oleh Moskow bulan lalu, dalam upaya untuk mengurangi ketegangan dengan NATO atas Ukraina.
"Jika terserah Rusia, tidak akan ada perang. Moskow tidak menginginkan perang, tetapi tidak akan membiarkan Barat mengabaikan kepentingannya," tegas Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam wawancara dengan empat stasiun radio utama Rusia, Jumat, mengutip Sputnik News 28 Januari
Wawancara dengan menteri luar negeri Rusia tersebut menyusul penyampaian tanggapan tertulis dari AS dan NATO, terhadap proposal jaminan keamanan Rusia yang disampaikan oleh Moskow pada pertengahan Desember di tengah meningkatnya ketegangan atas Ukraina.
Isi tanggapan belum dipublikasikan, dengan NATO dan AS mengatakan mereka berharap Moskow tidak akan mengungkapkannya juga. Namun, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan mereka akan menjunjung tinggi kebijakan 'pintu terbuka' NATO.
Salah satu paragraf yang diusulkan dari rancangan perjanjian Rusia akan mewajibkan NATO untuk memberikan jaminan tertulis, kekuatan mereka tidak akan berkembang lebih jauh ke Timur.
Moskow menegaskan, negara-negara yang menjadi anggota NATO pada Mei 1997, sebelum negara-negara Eropa Timur pertama diundang untuk bergabung dengan blok tersebut, tidak boleh "mengerahkan kekuatan militer dan persenjataan di wilayah negara-negara lain di Eropa" yang sudah ada pada saat itu.
"Kami menerima jawaban hanya sehari sebelum kemarin, yang dalam gaya Barat seperti itu, membayangi negosiasi dalam banyak hal, tetapi ada beberapa rasionalitas, seperti yang sudah saya katakan pada isu-isu sekunder," tutur Menlu Lavrov.
Menurut menteri luar negeri, Rusia ingin "bekerja dengan jujur" ketika datang ke proposal jaminan keamanan, tetapi Barat "histeris" mengembangkan topik dugaan ancaman Rusia ke Ukraina.
Lavrov menekankan bahwa jika AS dan NATO tidak mengubah sikap mereka terhadap proposal keamanan Rusia, Moskow tidak akan mengubah pendiriannya juga.
"Jika mereka bersikeras bahwa mereka tidak akan mengubah posisi mereka, kami juga tidak akan mengubah posisi kami. Hanya saja posisi mereka didasarkan pada argumen yang salah, pada representasi fakta yang keliru, dan posisi kami didasarkan pada apa yang semua orang setujui. Dan saya tidak melihat ada ruang untuk kompromi," terang Lavrov.
Mengomentari ancaman sanksi dari Amerika Serikat dan Sekutu, Menlu Lavrov mengatakan sanksi itu sama saja dengan memutuskan hubungan antar negara dan Washington memahami hal ini.
"Mengenai ancaman sanksi. Amerika diberitahu, paket yang sekarang disebutkan, yang disertai dengan penutupan total sistem keuangan dan ekonomi yang dikendalikan oleh Barat, itu sama saja dengan memutuskan hubungan. Itu disebutkan, dan saya pikir, mereka memahaminya," paparnya.
Baca juga:
- Mantan Juara Dunia Tinju Kelas Berat Vitali Klitschko: Ukraina akan Berjuang untuk Masa Depannya
- Presiden Putin Terima Undangan Kunjungan ke Turki, Presiden Erdogan: Kami Ingin Ketegangan Rusia-Ukraina Diselesaikan
- Ilmuwan Pantau Subvarian Omicron BA.2 yang Tampak Lebih Menular, Ini Penjelasan Kenapa Disebut Varian Siluman
- Diantar Langsung Dubes AS di Moskow, Washington Sampaikan Balasan Tertulis Tuntutan Keamanan Rusia
Menteri Lavrov juga menyinggung pertikaian atas properti diplomatik Rusia di AS. Dia mengatakan, jika 'kekasaran' AS terhadap misi diplomatik berlanjut, Rusia memiliki cadangan untuk menyamakan jumlah diplomat. Pertemuan berikutnya dengan AS untuk membahas properti diplomatik akan diadakan dalam waktu dua minggu, menteri menambahkan.
"Yah, mari kita lihat, dalam beberapa minggu ke depan, harus ada pertemuan lagi. Sekarang ada tawar-menawar langsung dari pihak Amerika," ungkap Menlu Lavrov.
Untuk diketahui, menurut proposal keamanan Rusia, kedua belah pihak harus memberikan jaminan tertulis yang mengikat secara hukum satu sama lain, untuk tidak mengerahkan pasukan dan peralatan militer di daerah-daerah di mana mereka dapat dipandang sebagai ancaman bagi pihak lain.
Rusia dan AS juga harus membatasi penyebaran senjata nuklir di luar negeri. Selain itu, Moskow mengharapkan AS dan NATO untuk membuat komitmen untuk tidak memperluas aliansi ke timur dan tidak pernah menerima Ukraina atau bekas republik Soviet lainnya ke dalam NATO.