AS Prediksi Kekurangan Chip Global Akan Berlangsung Hingga Kuartal Kedua Tahun Ini
JAKARTA - Banyak yang bertanya kapan krisis chip secara global akan berakhir? Sepertinya hal ini tak bisa menemui titik terang, pasalnya semua hanya menjawab perkiraan saja.
Menurut laporan terbaru, Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) telah menerbitkan laporan menyoal rantai pasokan semikonduktor. Mereka memperkirakan bahwa kelangkaan global akan berlangsung setidaknya hingga paruh kedua tahun 2022.
"Kami bahkan hampir keluar dari masalah dengan masalah pasokan," ujar Sekretaris Departemen Perdagangan AS, Gina Raimondo.
Banyak perusahaan juga sangat sensitif terhadap masalah ini. Persediaan median chip pabrikan telah anjlok dari sekitar 40 hari pasokan pada 2019 menjadi kurang dari lima hari, menurut survei terhadap 150 perusahaan di seluruh dunia yang dilakukan Departemen Perdagangan AS pada September.
Bahkan gangguan di luar negeri, yang mungkin menutup pabrik semikonduktor selama dua hingga tiga minggu, berpotensi menonaktifkan fasilitas manufaktur dan merumahkan pekerja di AS jika fasilitas itu hanya memiliki persediaan tiga hingga lima hari, seperti yang dilaporkan Bloomberg dan The Washington Post.
“Wabah COVID-19, badai, bencana alam, ketidakstabilan politik, masalah dengan peralatan benar-benar apa pun yang mengganggu fasilitas (pembuatan chip) di mana pun di dunia, kami akan merasakan konsekuensinya di AS. Wabah COVID-19 di Malaysia pun berpotensi menutup fasilitas manufaktur di AS," jelas Raimondo seperti dikutip dari Engadget, Rabu, 26 Januari.
Kekurangan chip ini sangat merusak bisnis perusahaan broadband, pembuat mobil dan produsen perangkat medis. Terlepas dari klaim awal, tidak ada bukti penimbunan chip yang menjadi pengaruh pada kekurangan tersebut.
Permintaan juga lebih tinggi, dengan bunga rata-rata sekitar 17 persen daripada tahun 2021 dibandingkan dua tahun sebelumnya. Dalam hal ini disimpulkan, bahwa pemerintah tidak dapat secara langsung mengakhiri kekurangan tersebut.
Mereka justru mengandalkan perusahaan swasta untuk mengatasi tantangan dengan meningkatkan produksi, mengoptimalkan desain mereka dan membatasi dampak pada rantai pasokan.
Baca juga:
- Harga Bitcoin Jatuh, Apa yang Harus Dilakukan? Begini Saran Penulis Buku Laris Rich Dad Poor Dad Robert Kiyosaki
- Hasil Temuan Air di Mars Pada 2018 Lalu Disebut Palsu, Ini Faktanya!
- Lihat Astronot Olahraga dengan Treadmill di Stasiun Luar Angkasa
- Kripto Polkadot (DOT) Bakal Jadi Sponsor Resmi FC Barcelona, Gantikan Rakuten?
Namun, Raimondo menyatakan Kongres AS harus segera bertindak dengan menyetujui pemberian subsidi 52 miliar dolar AS yang diusulkan Presiden AS Joe Biden melalui Undang-Undang Inovasi dan Persaingan AS (USICA).
Investasi tersebut dapat membantu membangun kembali manufaktur AS dan meningkatkan rantai pasokan domestik untuk tahun-tahun mendatang. Sebab jika tak segera dilakukan, kurangnya chip akan tetap memaksa produsen mobil di seluruh dunia untuk menganggur pabrik dan memangkas produksi sebanyak 7,7 juta mobil seperti tahun lalu, menyebabkan kekurangan kendaraan baru dan bekas.
Meski demikian, pabrik-pabrik yang dihasilkan dari dana USICA tidak akan siap selama bertahun-tahun, dan tagihannya sendiri telah tertunda. Untuk sekarang, industri teknologi sebagian besar harus menyelesaikan dilema ini sendiri.