Lagi, Korea Utara Gelar Uji Coba Rudal, Kali Ini Tidak Termasuk Jenis yang Dilarang Sanksi PBB

JAKARTA - Korea Utara menembakkan apa yang tampak seperti dua rudal jelajah ke laut lepas pantai timurnya pada hari Selasa, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, beberapa hari setelah serangkaian uji coba rudal balistik.

Militer Korea Selatan sedang menilai peluncuran untuk menentukan sifat proyektil dari rudal yang ditembakkan, katanya.

Peluncuran ini menjadi uji coba rudal kelima tahun ini, seiring dengan janji Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk memperkuat militernya dengan teknologi mutakhir, pada saat pembicaraan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat terhenti.

Peluncuran rudal terbesar di negara yang terisolasi itu setidaknya sejak 2019 telah memicu ekspresi keprihatinan dari sekretaris jenderal PBB, dan pemerintahan Biden telah menerapkan sanksi baru.

Lee Sang-min, seorang ahli militer di Institut Analisis Pertahanan Korea mengatakan, ujicoba rudal bulan ini tampaknya ditujukan untuk membangun ketegangan geopolitik, dan mungkin mendorong Pemerintahan Presiden Biden untuk membuat strategi baru terhadap pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

"Rudal jelajah lebih lambat dari rudal balistik dan dianggap sebagai ancaman yang lebih kecil, tetapi mereka mencapai target dengan presisi tinggi, sesuatu yang akan terus dikembangkan Korea Utara," terang Lee, mengutip Reuters 25 Januari.

Peluncuran rudal jelajah oleh Korea Utara tidak dilarang di bawah sanksi PBB yang dikenakan pada Pyongyang, yang telah menentang kecaman internasional dan melakukan empat putaran uji coba rudal balistik, yang terbaru pada 17 Januari.

Untuk diketahui, China dan Rusia telah mendorong Dewan Keamanan PBB untuk menghapus larangan ekspor patung, makanan laut dan tekstil Pyongyang, serta menaikkan batas impor minyak olahan.

Sementara, Korea Utara mengatakan pihaknya terbuka untuk melakukan pembicaraan, tetapi hanya jika Amerika Serikat dan lainnya membatalkan 'kebijakan bermusuhan' seperti sanksi dan latihan militer.