Warga Dukung Kudeta Militer, Pemerintah Burkina Faso Dinilai Gagal Tangani Kelompok Radikal hingga Korupsi

JAKARTA - Warga Burkina Faso mendukung kudeta militer yang dilakukan terhadap Pemerintah Presiden Roch Marc Christian Kabore, menilai otoritas gagal mengatasi permasalahan dalam negeri, termasuk kelompok radikal.

Tentara Burkina Faso mengatakan pada Hari Senin, mereka telah menggulingkan Presiden Roch Kabore, menangguhkan konstitusi, membubarkan pemerintah dan majelis nasional dan menutup perbatasan negara.

Ditandatangani oleh Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba dan dibacakan oleh petugas lain di televisi pemerintah, pengumuman itu mengatakan pengambilalihan itu dilakukan tanpa kekerasan dan bahwa mereka yang ditahan berada di lokasi yang aman.

Pernyataan itu dibuat atas nama entitas yang sebelumnya tidak pernah terdengar, Gerakan Patriotik untuk Perlindungan dan Pemulihan, atau MPSR, akronim bahasa Prancisnya.

"MPSR, yang mencakup semua bagian tentara, telah memutuskan untuk mengakhiri jabatan Presiden Kabore hari ini," katanya, mengutip Reuters 25 Januari.

Ilustrasi militer Burkina Faso. (Wikimedia Commons/Emilie Iob/VOA)

Pengumuman tersebut mengutip memburuknya situasi keamanan dan apa yang digambarkan oleh tentara, sebagai ketidakmampuan Presiden Kabore untuk menyatukan negara tersebut dan secara efektif menanggapi tantangan, termasuk pemberontakan kelompok agama radikal.

Menanggapi situasi yang terjadi, beberapa ratus penduduk berkumpul di Place de la Nation pusat Ouagadougou untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap kudeta.

"Kami sangat senang. Kami telah keluar selama dua hari untuk mendukung tentara. Kami berada di belakang mereka," ujar warga bernama Ibrahim Zare.

Presiden Kabore telah menghadapi gelombang protes dalam beberapa bulan terakhir di tengah frustrasi atas pembunuhan warga sipil dan tentara oleh militan, beberapa di antaranya memiliki hubungan dengan ISIS dan Al Qaeda.

Militan radikal menguasai petak-petak wilayah Burkina Faso dan telah memaksa penduduk di beberapa daerah untuk mematuhi versi keras hukum Islam mereka. Sementara, upaya militer untuk memadamkan pemberontakan telah menguras sumber daya nasional yang langka.

Ilustrasi militer Burkina Faso. (Wikimedia Commons/Emilie Iob/VOA)

Warga Ouagadougou, Eli Sawagogo, mengatakan kudeta itu tidak mengejutkannya.

"Hal itu diharapkan karena negara telah berada dalam situasi ini selama enam tahun tanpa solusi nyata untuk terorisme ini. Jika kudeta adalah solusinya, maka itu disambut baik," sebutnya.

Sementara itu, Corinne Dufka, direktur Afrika Barat di Human Rights Watch, mengatakan Pemerintah Kabore telah menunjukkan dirinya tidak mampu mengatasi berbagai masalah.

"Kudeta, dan dukungan nyata untuk itu, memperlihatkan ketidakmampuan pemerintah Kabore untuk mengatasi masalah yang mendalam dengan korupsi, pemerintahan dan perlindungan sipil, yang semuanya diperburuk secara eksponensial oleh ancaman radikal Islam bersenjata," papar Corinne.

Keberadaan Presiden Kabore tidak diketahui pada Hari Senin, dengan laporan yang saling bertentangan tentang situasinya.

Sebelumnya, pihak Presiden Kabore mengatakan dia selamat dari upaya pembunuhan, tetapi tidak memberikan rincian. Ia juga mengatakan tempat tinggal pribadinya telah direbut.

Beberapa kendaraan lapis baja milik armada kepresidenan terlihat di dekat kediaman Presiden Kabore pada Hari Senin, penuh dengan peluru. Salah satunya berlumuran darah.

Sumber-sumber keamanan memberikan laporan yang bertentangan tentang situasi Presiden Kabore, dengan beberapa mengatakan dia ditahan oleh penyelenggara kudeta dan yang lain mengatakan pasukan yang setia kepadanya telah membawanya ke lokasi yang aman. Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi keadaannya.