Dapat Suntikan Dana Rp3 Triliun, Wapres Ma'ruf Amin Sebut Bank Muamalat Sudah Sehat
JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebutkan kondisi Bank Muamalat makin sehat setelah mendapatkan suntikan dana dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
"Untuk sementara ini memang baru pengelola dana haji ya, dari BPKH. Sekarang sudah sehat," kata Wapres lewat keterangan tertulis di Jakarta, Antara, Jumat, 21 Januari.
Kucuran dana BPKH ke PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) tercatat sebesar Rp3 triliun. Dengan dana ini menjadikan BPKH pemegang saham utama.
Ma'ruf menambahkan, suntikan dana terhadap Bank Muamalat merupakan salah satu solusi untuk menyehatkan kondisi bank syariah tersebut. "Langkah yang diambil sekarang adalah bagaimana melakukan penyehatan Bank Muamalat supaya sehat. Salah satunya itu perlu ada suntikan karena investor yang dari luar negeri itu tidak menambah modal," katanya.
Dengan adanya suntikan dana dari BPKH tersebut, Ma'ruf berharap ke depan Bank Muamalat akan mendapat makin banyak investor sehingga kondisi lembaga keuangan syariah tersebut makin baik.
"Ke depannya diduga akan banyak investor akan masuk ke Bank Muamalat. Jadi, ini kan BPKH itu baru mengawali, saya kira begitu," katanya.
Baca juga:
- Wapres Minta Doa Agar Perpindahan Ibu Kota Negara ke Kaltim Berjalan Sukses
- Wapres Ma'ruf Amin Beri Bantuan untuk Korban Gempa Banten
- Perjalanan Kontroversi Arteria Dahlan, Singgung "Bahasa Sunda" Hingga Berujung Minta Maaf dan Sanksi Partai
- Ridwan Kamil Beri Jempol Permintaan Maaf Arteria Dahlan ke Warga Sunda, Mari Silih Asah, Asih, Asuh, Wawangi
Ma’ruf Amin yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) telah mendapatkan laporan tentang kondisi Bank Muamalat tersebut.
"Bank Muamalat sebenarnya sudah sehat, itu kemarin laporan yang saya terima. Sudah sehat karena sudah dilakukan langkah-langkah," ujarnya.
BPKH mengakuisisi Bank Muamalat dengan keikutsertaan dalam rights issue senilai Rp1 triliun. Komitmen memperkuat permodalan tersebut, kemudian dengan pembelian sukuk subordinasi senilai Rp2 triliun dengan expected return 9 persen.