CEO Signal Nyatakan Telegram Tak Seaman Orang Pikir, Ini Buktinya!
JAKARTA - Telegram kerap memberikan predikat dirinya sebagai aplikasi teraman, dibanding yang lainnya seperti WhatsApp dan Signal. Tetapi, hal itu berbanding terbalik dengan yang diungkapkan CEO Signal Moxie Marlinspike.
Melalui akun Twitter-nya, Marlinspike dengan akun @Moxie menyatakan bahwa Telegram memiliki kekurangan menyoal privasi data.
“Sungguh menakjubkan bagi saya bahwa setelah sekian lama, hampir semua liputan media tentang Telegram masih menyebutnya sebagai pesan terenkripsi. Telegram memiliki banyak fitur menarik, tetapi dalam hal privasi dan pengumpulan data, tidak ada pilihan yang lebih buruk,” tweet @Moxie.
Embed: https://twitter.com/moxie/status/1474067549574688768?t=U82QS6IvoYyQ_E4ZG91vzw&s=19
Marlinspike kemudian menjelaskan bahwa platform berlogo pesawat kertas itu menyimpan kontak pengguna, grup, media dan setiap pesan yang pernah mereka kirim atau terima dalam teks biasa (plaintext) di server perusahaan.
"Aplikasi di ponsel Anda hanyalah tampilan ke server mereka, tempat data sebenarnya berada. Hampir semua yang Anda lihat di aplikasi, Telegram juga melihat," cuit @Moxie.
Baca juga:
- Nayib Bukele Makin Nekat Gunakan Kripto, Ucapkan Game Over untuk Uang Fiat
- Roskomnadzor Jalankan Praktik Era Uni Soviet, Blokir Situs Hak Asasi Manusia di Rusia
- Apple Terancam Denda Rp804 Miliar di Belanda, Jika Masih Monopoli Pembayaran di Aplikasinya
- MASAK Denda Binance Rp10,6 Miliar Atas Sejumlah Pelanggaran di Aplikasi
Plaintext yang dimaksud Marlinspike artinya, kontak, grup, media, dan setiap pesan milik pengguna tidak diacak menggunakan sistem enkripsi. Bahkan, Telegram dapat melihat seluruh data milik pengguna.
Tak ingin hanya menyebarkan klaim palsu, Marlinspike menunjukkan cara untuk membuktikannya. Dia meminta pengguna Telegram untuk menghapus aplikasi pada ponsel mereka.
Kemudian, mereka bisa mengunduh kembali dan login menggunakan nomor ponsel yang terdaftar. Dijelaskan Marlinspike, saat kembali ke Telegram maka seluruh riwayat percakapan, hingga media langsung muncul di aplikasi.
“Berikut tes sederhana: hapus Telegram, instal di ponsel baru, dan daftar dengan nomor Anda. Anda akan segera melihat semua riwayat percakapan Anda, semua kontak Anda, semua media yang Anda bagikan, semua grup Anda. Bagaimana? Semuanya ada di server mereka, dalam teks biasa,” jelas @Moxie.
Itu artinya sebagai bukti, bahwa privasi data Telegram bermasalah. Sebab, perusahaan menyimpan semua data di server mereka dalam bentuk plaintext, sebagaimana dikutip dari The News, Selasa, 28 Desember.
Beberapa orang, menurut Marlinspike mungkin tidak menganggap itu masalah besar bagi Telegram untuk memiliki akses ke semua data, pesan, gambar, kontak, grup mereka, karena mereka masih menaruh kepercayaan pada Telegram.
Namun, inti dari maksud Marlinspike adalah bahwa pengguna tidak harus mempercayai siapa pun selain orang yang berkomunikasi dengan mereka.
"Teknologi privasi sebenarnya bukan tentang memercayai data Anda kepada orang lain. Ini tentang tidak harus melakukannya. Pesan yang Anda kirim seharusnya hanya dapat dilihat oleh Anda dan penerimanya. Detail grup hanya dapat dilihat oleh anggota lain. Mencari kontak Anda tidak boleh mengungkapkannya kepada orang lain," kata @Moxie.
Utasan Marlinspike juga turut didukung oleh CEO WhatsApp Will Cathcart melalui sebuah retweet-an di Twitter-nya.
Sebagai informasi, Telegram sejatinya memiliki fitur enkripsi ujung-ke-ujung, tetapi fitur ini hanya bisa digunakan pada Secret Chat, artinya hanya antar pengguna, bukan obrolan di grup. Tak ayal, Marlinspike mengatakan sangat berlebihan menganggap Telegram sebagai aplikasi yang aman.
Untuk menggunakan enkripsi ujung-ke-ujung Telegram, pengguna harus memulai obrolan rahasia dengan mengetuk nama orang tersebut, klik tombol “Lainnya” atau menu, dan “Mulai Obrolan Rahasia.”