Voice Of Baceprot, Gaungkan Kemerdekaan Berkarya dari Garut Sampai Wacken
JAKARTA - Laman Instagram Wackep Open Air merilis line-up pagelaran musik keras tahunan gawean mereka untuk tahun depan. Tampak dalam flyer yang diunggah, logo dua band bising kebanggaan anak bangsa; Burgerkill dan Voice Of Baceprot!
Wacken Open Air akan digelar pada 4-6 Agustus 2022. Ini merupakan salah satu festival musik rock dan heavy metal terbesar di dunia yang diselenggarakan di Jerman setiap akhir pekan pertama Agustus, sejak 1990.
Kabar bakal tampilnya band metal hijaber Indonesia Voice Of Baceprot sudah diumumkan pihak Wacken Open Air pada Juni 2021. Dalam unggahnnya di Instagram mereka menulis "Selamat datang di Wacken Open Air 2022 @voiceofbaceprot."
Sementara itu, Burgerkill yang baru merilis Roar of Chaos, single pertama sejak meninggalnya leader band True 'Eben' Megabenz, sejatinya dijadwalkan beraksi di event ini pada tahun lalu. Sayangnya, acara tersebut batal karena kondisi pandemi COVID-19.
Burgerkill secara resmi mengumumkan penampilan mereka di Wacken Open Air saat mengucapkan terima kasih kepada para Begundal - fans setia Burgerkill - yang sudah mendukung mereka pada momen-monen terberat setelah kepergian Eben.
“Roar of Chaos Music Video telah menembus 100k views! Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk antusias dan support kalian terutama para Begundal yang selalu memberikan support terbaik!,” ungkap Burgerkill di Instagram.
“And one more thing, we’re stoked to announce that we will be playing in @Wacken Fest’ 2022!,” lanjut pernyataan band yang bermarkas di Ujungberung, Bandung.
Buktikan Para Penentangnya Keliru
Apa jadinya jika tiga remaja perempuan berhijab memainkan musik yang dianggap tidak ‘lazim’? Marsya (vokal, gitar), Sitti (drum), dan Widi Rahmawati (bass) yang bernaung di bawah bendera Voice Of Baceprot (baceprot dalam bahasa Sunda berarti ‘bawel’ atau ‘berisik’) memilih untuk memainkan musik metal di tengah pro dan kontra yang menggelayuti setiap langkah mereka.
Saat belum tergabung dalam Voice Of Baceprot, Marsya, Sitti dan Widi lebih dulu memainkan barisan musik rock dan funk seperti lagu-lagu dari Red Hot Chili Peppers. Pada 2014, ketiganya mengambil kelas musik di sekolahnya di pelosok Garut, Jawa Barat dan membentuk Voice Of Baceprot melalui bimbingan guru musik mereka, Cep Erza. Di sinilah kecintaan akan musik metal itu mulai tergores.
"Waktu pertama kali dengerin musik metal di laptop Abah - sapaan akrab para personel Voice Of Baceprot kepada Erza - kayak System Of A Down, Linkin Park dan Slipknot, kami udah jatuh cinta aja. Ngerasa bener-bener sesuai sama kepribadian kami, rebel-nya kami," ungkap Marsya beberapa waktu lalu kepada penulis.
Tapi, jalan yang dipilih Voice Of Baceprot ini ternyata dipenuhi berbagai hambatan. Saat itu, orang tua mereka menentang keras anak-anaknya tampil di atas panggung memainkan musik metal. Mereka menganggap, musik metal tidak sesuai dengan ciri seorang muslimah berhijab. Belum lagi kepala sekolah mereka yang memiliki pemahaman konservatif dengan menyebutkan musik itu haram. Yang artinya, musik dilarang dalam Islam
Tapi Marsya, Sitti dan Widi mengabaikan larangan orang tua mereka dan suara-suara miring yang terus bertiup di sekeliling gendang telinganya. Mereka tetap tampil di atas panggung secara diam-diam hingga akhirnya mampu membentuk fans base sendiri. Bahkan, video rekaman dari salah satu penampilan mereka di atas panggung yang diposting di laman Facebook resmi band menjadi viral. "Alhamdulillah sekarang mereka (orang tua) mulai support kami," Widi mencoba menjelaskan tentang respons orang tuanya.
Voice Of Baceprot, kini tengah menggarap album perdana dan sudah memasuki tahap akhir proses perekaman. Sebagai gerbang pembuka, mereka telah merilis single secara bertahap, salah satunya The Enemy of Earth Is You pada tahun 2017.
"Lagu ini adalah bentuk kegelisahan kami pada lingkungan sekitar kami yang dirusak oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Mereka yang selalu berkoar-koar di hadapan publik tentang berbagai hal dengan mengatasnamakan kemanusiaan. Padahal mereka sendiri penebar kebencian dan pencipta perang. Akhirnya sama Abah dibikinin liriknya," beber Widi, mengenai single itu.
Marsya menambahkan, melalui lagu ini ia berharap bisa menumbuhkan kembali suatu upaya penyadaran dini terhadap hal-hal yang merusak tatanan moral. Karena pada dasarnya, lanjutnya, mereka sebagai generasi penerus harus bisa melepaskan diri dari penjajahan moral. Dengan penuh kepercayaan diri, Marsya bahkan mendesak para pendengar musik metal Tanah Air mendengarkan lagu ini.
“Karena selain dikemas dalam balutan musik yang ekpresif, lagu ini juga memiliki karakter dan visi yang jelas untuk membangun opini yang sehat dan kemerdekaan berkarya," tandasnya.
Baca juga:
- Konser Tanpa Batas God Bless dan Soneta Group, Ketika Musik Tak Lagi Distigmakan Kotoran Hewan dan Terompet Setan
- Sejarah Bakal Terulang saat God Bless dan Soneta Group Tampil Sepanggung di Pagelaran Musik Re:creating
- Burgerkill Panaskan Mesin, Semburkan Roar of Chaos dan Siap Hajar Jalanan
- Kabar Duka dari Dunia Metal: Eben 'Burgerkill' Meninggal Dunia
Trio metal hijaber ini terus menggelinding dan merilis lagu tunggal lainnya School Revolution (2018) dan Live Session - The Other Side of Metalism (2021). Ketiganya kemudian merilis video musik untuk single inovatif mereka God, Allow Me (Please) to Play Music bertepatan dengan Hari Anak Perempuan Internasional, yang diperingati setiap tanggal 11 Oktober dan diselenggarakan oleh organisasi nirlaba internasional, Women of the World (WOW) Foundation.
Awalnya dirilis pada 17 Agustus 2021, tema God, Allow Me (Please) to Play Music sebenarnya sesuai dengan semangat di balik perayaan: untuk mencapai kebebasan berekspresi dan aspirasi bagi perempuan muda di seluruh dunia tanpa diskriminasi gender dan ras; bagi perempuan muda untuk membuat keputusan hidup tanpa intoleransi.
“Dari sudut pandang pribadi kami, kesetaraan gender adalah ketika perempuan dan laki-laki diberikan haknya sebagai manusia untuk hidup, pendidikan yang layak, menampung aspirasi, dan diberi kebebasan untuk memperjuangkan aspirasi tersebut,” kata Marsya dalam keterangan resmi yang diterima VOI.
Video musik ini juga menampilkan beberapa aktivis wanita muda yang berafiliasi dengan WOW Foundation, termasuk penyair Inggris Zahra Ahmad dan Rakaya Fetuga, vokalis/gitaris band punk Inggris Breakup Haircut, Ishani Jasmin, dan produser budaya WOW Shereen Pereira.
Mereka tampak membawa papan untuk menyuarakan keprihatinan dan aspirasi mereka. Salah satu rapper wanita terkemuka di Indonesia, Yacko, juga tampil, bersama aktivis/penyanyi feminis yang vokal, Kartika Jahja.
Voice Of Baceprot terus melaju dan membuktikan kepada khalayak bahwa anggapan para penentangnya adalah sebuah kekeliruan. Mereka bahkan baru saja sukses menjalani tur Eropa bertajuk Fight Dream Believe European Tour 2021, berlangsung mulai 28 November hingga 10 Desember. Tak sampai di situ. Kemerdekaan Marsya, Sitti dan Widi dalam berkarya akan terus berguling hingga ke Wacken Open Air Festival tahun depan.