Genjot Vaksinasi COVID-19, Iran Umumkan Kasus Pertama Varian Omicron
JAKARTA - Iran telah mendeteksi kasus infeksi pertamanya oleh varian omicron baru dari virus corona, TV pemerintah melaporkan Minggu waktu setempat.
Pengumuman itu muncul saat varian tersebut menyebar ke seluruh dunia kurang dari sebulan, setelah para ilmuwan memperingatkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang versi yang tampak mengkhawatirkan.
Mengutip Associated Press 19 Desember, Iran telah memvaksinasi sekitar 60 persen dari populasinya yang berjumlah sekitar 85 juta orang dengan dua dosis vaksin virus corona.
Virus corona telah menewaskan lebih dari 131.000 orang di Iran, tingkat kematian terburuk di Timur Tengah. Pada 24 Agustus saja, 709 orang meninggal karena penyakit tersebut. Jumlah kematian telah menurun dalam beberapa bulan terakhir karena vaksinasi, kata para ahli.
Iran mempercepat vaksinasi dalam beberapa pekan terakhir. Lebih dari 50 juta orang Iran telah menerima suntikan kedua, dan 3,5 juta telah menerima suntikan ketiga.
Sebelumnya, hanya 7 juta orang Iran yang menerima vaksinasi ketika Presiden Ebrahin Raisi membentuk pemerintahannya pada akhir Agustus.
Baca juga:
- Janjian Bertemu Presiden Xi Jinping di Olimpiade Musim Dingin Beijing, Presiden Putin: Kami Menolak Politisasi Olahraga
- Gelar Pertemuan Virtual, Presiden Putin dan Presiden Xi Jinping Kritisi Aliansi Militer AUKUS dan QUAD
- Sebut Varian Omicron Bisa Menjadi Dominan pada Pertengahan Januari, Presiden Komisi Eropa: Saya Sedih
- Ungkap Ada Staf CIA Bekerja di Pemerintahan Rusia pada 1990-an, Presiden Putin: Saya Membersihkan Semuanya
Untuk diketahui, Iran umumnya menggunakan vaksin Sinopharm buatan China, meskipun Sputnik-V Rusia dan vaksin yang dibuat oleh perusahaan farmasi Inggris-Swedia AstraZeneca juga digunakan.
Pejabat Iran mendesak orang yang mendapat dua dosis vaksin untuk mendapatkan dosis ketiga mereka sesegera mungkin.