Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut pihaknya mendeteksi ratusan kasus COVID-19 varian Omicron subvarian BA.2. Varian ini dijuluki dengan Omicron siluman.

"Terkait varian BA.2, sebenarnya kita sudah mendeteksi varian ini. Kalau kita lihat, jumlah varian BA.2 saat ini sudah dideteksi sekitar 252 kasus," kata Nadia dalam konferensi pers virtual, Selasa, 1 Maret.

Nadia mengungkapkan, varian BA.2 diketahui lebih cepat menular dan juga meningkatkan tingkat keparahan.

Meski demikian, dari pola penyebaran COVID-19 Omicron di Indonesia dan dunia saat ini, 90 persennya masih didominasi oleh subvarian BA.1.

Karenanya, saat ini pemerintah masih menerapkan strategi penguatan 3T, 3M, dan vaksinasi untuk menekan penyebaran kasus COVID-19.

"Kuncinya adalah saat ini kita melakukan percepatan vaksinasi, baik vaksinasi booster maupun vaksinasi primer yang harus kita selesaikan segera mungkin," ucap Nadia.

Diketahui, subvarian Omicron siluman terdeteksi pertama kali di Indonesia pada 27 Januari lalu. Penyebab subvarian Omicron BA.2 disebut sebagai Omicron siluman karena memiliki sifat genetik yang membuat tes PCR SGTF sulit mengidentifikasi bahwa ini adalah salah satu jenis varian Omicron.

Namun, kata Nadia subvarian Omicron masih bisa dideteksi dengan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS). "Sampai saat ini kita tetap bisa pakai WGS untuk memastikan subvarian ini," ucap Nadia.

Terpisah, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan subvarian Omicron BA.2 tengah menjadi perhatian karena memiliki mutasi yang dapat menyebabkan perbedaan hasil PCR.

Pada subvarian Omicron lain, kata Wiku, adanya mutasi hilangnya susunan tertentu pada gen S dapat memunculkan deteksi gen lainnya. Namun, gen S tidak terdeteksi atau S Gene Target Failure (SGTF) pada tes PCR.

"Pada Omicron BA.2, susunan ini tidak hilang, sehingga PCR tidak memunculkan hasil SGTF atau hasilnya sama dengan varian lain yang bukan Omicron. Padahal, BA.2 merupakan salah satu jenis Omicron," jelas Wiku.

Pada prinsipnya, lanjut Wiku, diperlukan waktu untuk meneliti karakteristik varian baru yang muncul dan menganalisis dampaknya secara epidemiologi, termausk keempat jenis varian Omicron.

Keempat jenis tersebut merupakan varian Omicron awal, yakni B.1.1.529, lalu subvariannya seperti BA.1, BA.2, dan BA.3. Saat ini, keempat jenis itu masih dalam proses penelitian. WHO juga belum merilis laporan lanjutan.