JAKARTA - Munculnya subvarian COVID-19 pada varian Omicron dengan nama BA.2 menjadi perhatian dunia. Subvarian Omicron BA.2 ini dijuluki "Omicron siluman". Ternyata, kasus subvarian ini sudah ditemukan di Indonesia.
"Sekarang kalau pertanyaannya sudah ada belum BA.2 di Indonesia? Sudah ada. Kita sudah deteksi mungkin sekitar 10 (kasus)," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam diskusi virtual pada Kamis, 27 Januari malam.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PL) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi penyebab subvarian Omicron BA.2 disebut sebagai Omicron siluman karena memiliki sifat genetik yang membuat tes PCR SGTF sulit mengidentifikasi bahwa ini adalah salah satu jenis varian Omicron.
Namun, kata Nadia subvarian Omicron masih bisa dideteksi dengan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).
"Sampai saat ini kita tetap bisa pakai WGS untuk memastikan subvarian ini," ucap Nadia.
BACA JUGA:
Melanjutkan, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan subvarian Omicron BA.2 tengah menjadi perhatian karena memiliki mutasi yang dapat menyebabkan perbedaan hasil PCR.
Pada subvarian Omicron lain, kata Wiku, adanya mutasi hilangnya susunan tertentu pada gen S dapat memunculkan deteksi gen lainnya. Namun, gen S tidak terdeteksi atau S Gene Target Failure (SGTF) pada tes PCR.
"Pada Omicron BA.2, susunan ini tidak hilang, sehingga PCR tidak memunculkan hasil SGTF atau hasilnya sama dengan varian lain yang bukan Omicron. Padahal, BA.2 merupakan salah satu jenis Omicron," jelas Wiku.
Pada prinsipnya, lanjut Wiku, diperlukan waktu untuk meneliti karakteristik varian baru yang muncul dan menganalisis dampaknya secara epidemiologi, termausk keempat jenis varian Omicron.
Keempat jenis tersebut merupakan varian Omicron awal, yakni B.1.1.529, lalu subvariannya seperti BA.1, BA.2, dan BA.3. Saat ini, keempat jenis itu masih dalam proses penelitian. WHO juga belum merilis laporan lanjutan.
"Strategi pencegahan merupakan langkah terbaik menghadapi munculnya varian baru apapun jenis. Dalam hal ini, pemerintah selalu melakukan evaluasi dan monitoring atas keseluruhan strategi pencegahan yang dilakukan baik kebijakan pelaku perjalanan ke luar negeri hingga penegakan disiplin protokol kesehatan," pungkasnya.