Fokus Garap Pasar Luar Negeri, Alibaba Targetkan 100 Miliar Dolar AS dari Asia Tenggara

JAKARTA - Raksasa bisnis asal China Alibaba China mengatakan kepada investornya pada Hari Jumat, e-commerce di luar negeri akan menjadi fokus utama karena mencari sumber pertumbuhan baru setelah tahun yang sulit di dalam negeri.

Awal bulan ini, Alibaba Group Holding Ltd., merestrukturisasi bisnis e-commerce menjadi divisi China dan internasional yang terpisah, dengan yang terakhir dipimpin oleh Jiang Fan, kepala pasar utama Alibaba Taobao dan Tmall.

Deputi CFO Alibaba Toby Xu, dalam pernyataan publik besar pertamanya sejak ditunjuk bulan ini sebagai CFO mengatakan, e-commerce internasional "akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan utama", menambahkan bahwa 57 persen dari pendapatan untuk Cainiao, Alibaba unit logistik, berasal dari luar negeri, mengutip Reuters 18 Desember.

Sebelumnya dalam acara investor dua hari, Alibaba mengatakan telah menetapkan target 100 miliar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1.438.575.000.000.000 nilai barang dagangan kotor (GMV) untuk Lazada, layanan e-commerce dari Asia Tenggara.

Untuk diketahui, Lazada menghasilkan 21 miliar dolar AS atau sekitar Rp302.100.750.000.000 dalam GMV dari September 2020 hingga bulan yang sama di tahun 2021, presentasi menunjukkan.

Sementara itu, outgoing CFO Maggie Wu mengatakan, Alibaba akan memasukkan perdagangan internasional di bawah segmen keuangan "Perdagangan Inti" Alibaba yang lebih besar dalam pendapatan, di samping perdagangan dari pasar domestiknya.

Layanan konsumen lokal, yang mencakup layanan pengiriman dan pemetaan, dan Cainiao juga termasuk dalam kategori ini.

Ada juga anggukan untuk kesejahteraan sosial, dengan empat dari tujuh kategori investasi yang digariskan oleh Xu terkait dengan inisiatif seperti revitalisasi pedesaan dan populasi yang menua di China.

CEO Daniel Zhang, sementara itu, berjanji untuk memangkas emisi dari rantai pasokan dan jaringan transportasi Alibaba hingga 50 persen pada akhir dekade ini.

Yang hilang dari presentasi adalah penyebutan Ant Group, perusahaan jasa keuangan yang 33 persen sahamnya dimiliki oleh Alibaba.

Tahun lalu, Beijing melakukan intervensi pada menit terakhir untuk membatalkan IPO (Initial Public Offering) Ant yang direncanakan senilai 37 miliar dolar. Salah satu pendiri Alibaba Jack Ma kemudian tergelincir dari sorotan publik dan otoritas China memulai tindakan keras regulasi selama setahun.

Pada Bulan November, Alibaba memangkas perkiraan pendapatan tahunan untuk tahun fiskal saat ini, dari target pertumbuhan awal 29,5 persen menjadi antara 20 persen dan 23 persen.

Perusahaan telah menghadapi persaingan ketat dari para pesaing termasuk Pinduoduo Inc yang telah memenangkan konsumen di pedesaan China, dan Douyin milik ByteDance yang telah tumbuh di sektor e-commerce streaming langsung China yang sedang booming.