Tak Mau Menyerah PKS di 'Kandang' Gibran
JAKARTA - Duet Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa mendominasi kekuatan dukungan partai politik (parpol) di Pilkada Solo. Bagaimana Partai Keadilan Sejahtera (PKS)?
PKS tak hilang asa. Di sisa waktu kurang dari sebulan, PKS masih berharap datangnya ‘hal tak terduga’, tentunya soal koalisi. Niat kuat memunculkan penantang putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu, mengharuskan PKS mencari 4 kursi tambahan agar dukungan calon genap memenuhi syarat minimal 9 kursi DPRD Solo.
“Kita masih usahakan agar muncul koalisi melawan Gibran sampai batas pendaftaran calon tanggal 6 September. Kita upayakan dulu, ketika tanggal 6 mentok, tidak ada, celahbaru kita pikirkan jalan selanjutnya,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) dan Pilkada DPD PKS Solo, Sugeng Riyanto, saat dihubungi VOI, Senin, 10 Agustus malam.
Meski berat, PKS Solo ditegaskan Sugeng tak mau menyerah. Pengurus di Solo pun meminta bantuan elite PKS pusat untuk turun tangan membantu memecahkan kebuntuan peta koalisi di Pilkada Solo.
“Walaupun sekarang (koalisi dengan PKS) terkesan tertutup. Bisa saja peluang terbuka untuk koalisi. Yang pasti mencari penantang Gibran,” tuturnya.
Dominasi parpol yang mendukung Gibran bagi PKS tak lebih dari adanya ‘intervensi’ pusat. Parpol yang punya kursi di dewan, disebut mau tak mau mendukung Gibran demi mengamankan eksistensi parpol di Pemilu 2024.
“Parpol yang ada di kota Solo di level pusat sudah dikunci Pak Jokowi sehingga kesannya menjadi tidak berani memberikan perlawanan tehadap anaknya Pak Jokowi. Ini kan problem,” katanya.
Baca juga:
Singgungan soal penilaian dikuncinya parpol ini juga menyasar ke Partai Amanat Nasional (PAN) yang secara lisan menyatakan dukungan untuk Gibran. Sementara Gibran saat ini sudah mengantongi surat rekomendasi PDI Perjuangan, Gerindra dan PSI.
Sugeng beranggapan ada anomali antara keinginan akar rumput dengan keputusan parpol. Tapi persoalan pilihan keputusan politik menurut Sugeng kembali lagi ke Ibu Kota.
“Basis pemilih PAN tidak menghendaki memilih Gibran, tapi di Solo PAN memilih Gibran. Gerindra sama juga (pilihan akar rumput) tapi Gerindra Solo menempel ke sana,” katanya berpendapat.
Keruwetan penjajakan koalisi ini yang ‘diadukan’ PKS Solo ke tingkat elite. PKS Solo tetap ingin ada penantang Gibran, tanpa mau buru-buru berbicara soal potensi kotak kosong.
“Kotak kosong sah, tapi ganjil dalam arti politik mengenai kontestasi yang berbicara menghadapkan dua calon atau lebih untuk menyuguhi publik pilihan. Kalau terjadi kotak kosong artinya ada demokrasi ganjil dan PKS tidak rela itu terjadi, makanya kita coba galang pendekatan ke parpol ajukan perlawanan politik, jangan ada kotak kosong,” ujar Sugeng.