Berikan Perawatan Kesehatan untuk Kelompok anti-Rezim, Militer Myanmar Tangkap 18 Tenaga Medis
JAKARTA - Rezim militer Myanmar kembali melakukan aksi represif terhadap tenaga medis, dengan belasan orang ditangkap lantaran memberikan layanan kesehatan di sebuah gereja.
Mengutip Reuters dari surat kabar yang dikelola pemerintah 24 November, militer Myanmar menangkap 18 petugas medis yang memberikan perawatan kepada pasien yang disebut sebagai anggota 'organisasi teroris', merujuk pada kelompok anti-rezim.
Pasukan rezim militer melakukan penangkapan selama penggerebekan pada Hari Senin di gereja yang terletak di Loikaw, Negara Bagian Kayah timur, di mana mereka menemukan 48 pasien yang menerima perawatan, dengan tujuh di antaranya menderita COVID-19.
"Sudah diketahui bahwa perawatan medis tidak resmi sedang diberikan kepada orang-orang yang terluka dan pasien dari organisasi teroris," sebut Global New Light of Myanmar dalam laporannya.
Kendati demikian, laporan itu tidak menyebutkan nama organisasi tersebut. Dikatakan 18 petugas medis yang ditangkap akan ditangani sesuai dengan hukum.
Sistem perawatan kesehatan Myanmar hampir runtuh sejak tentara menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta 1 Februari. Banyak pekerja medis bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil (CDM), menolak bekerja di rumah sakit yang dikelola militer sebagai protes atas aturan junta.
Sementara, banyak fasilitas kesehatan dan pekerja menjadi sasaran pasukan keamanan, menurut kelompok hak asasi manusia, kendati militer telah mengimbau para dokter untuk kembali bekerja.
Beberapa dari empat dokter, empat perawat dan 10 pembantu perawat yang ditangkap di gereja itu sebelumnya telah didakwa dengan hasutan atas penolakan mereka untuk bekerja, kata laporan itu.
Baca juga:
- Abaikan Kutukan China, Kapal Perusak Rudal Amerika Serikat Kembali Berlayar di Selat Taiwan
- Selamatkan Pengemudi Wanita yang Pingsan di Jalan Tol dari Kecelakaan Maut, Pria Ini Rela Menabrakkan Mobilnya
- Resmi Sandang Dan-9 Sabuk Hitam Taekwondo, Donald Trump Sejajar dengan Presiden Rusia Vladimir Putin
- Rusia Alami Lonjakan Kasus Infeksi COVID-19: Presiden Putin Terima Vaksin Dosis Ketiga, Siap Ikuti Uji Coba Vaksin Nasal
Untuk diketahui, Hampir 1.300 warga sipil telah tewas dan lebih dari 10.000 ditangkap sejak kudeta, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang telah melacak peristiwa pasca-kudeta di Myanmar.
Militer telah menolak data AAPP, yang telah dikutip oleh PBB, dan menuduhnya bias. Sementara, seorang juru bicara junta pekan lalu mengatakan 200 tentara tewas dalam konflik tersebut.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.