Mengenal Pratfall Effect dalam Psikologi, Efek Bikin Kesalahan yang Memengaruhi Daya Tarik

JAKARTA – Kesempurnaan kerap diukur lewat sikap yang tiada cela. Tetapi bagaimana jika saat bekerja tak sengaja menumpahkan kopi atau tersandung saat berjalan? Ternyata, dalam psikologi terdapat istilah untuk menyebut seseorang lebih terlihat menarik ketika membuat kesalahan.

Disebut dengan pratfall effect atau efek pratfall, di mana seseorang akan terlihat menarik ketika melakukan hal bodoh tanpa disengaja atau membuat kesalahan. Seperti dalam film drama dengan cerita Si Cantik tersandung tangga terakhir eskalator dan Si Ganteng melihat pesonanya dari jauh.

Mengutip laman Brescia University, Rabu, 17 November, efek pratfall menyatakan bahwa orang yang dianggap sangat kompeten ternyata lebih disukai ketika mereka melakukan kesalahan sehari-hari daripada tidak.

Efek pratfall pertama kali dipelajari oleh psikolog sosial, Elliot Aronson, pada tahun 1966. Saat itu Aronson berspekulasi bahwa orang yang dianggap hebat oleh orang lain bisa menjadi lebih menarik setelah melakukan kesalahan kecil. Orang-orang hebat akan dianggap lebih manusiawi ketika membuat kesalahan kecil. Efeknya orang lain lebih menyukai mereka.

Aronson membuat ekspreimen dari spekulasinya. Ia menemukan dari 48 partisipan pria usia kuliah, 92 persen yang dianggap hebat menjawab pertanyaan kuis dengan benar. Sedangkan orang rata-rata menjawab 30 persen pertanyaan dengan benar. Dan orang-orang yang hebat atau unggul melakukan pratfall.

Aronson kemudian meminta partisipan mendengarkan rekaman hasil tes dan memberikan serangkaian pertanyaan tentang kesan mereka terhadap orang yang mereka dengar. Hasilnya, seperti yang diduga Aronson, orang-orang yang dianggap hebat, unggul, maupun superior ternyata lebih disukai jika mereka melakukan kesalahan. Misalnya menumpahkan kopinya sendiri ataupun tersandung saat jalan. Namun, kesukaan orang pada umumnya menurun setelah melakukan kesalahan yang sama.

Melalui eksperimen yang dilakukan Aronson, efek pratfall bisa mengungkapkan hal yang reflektif berkaitan dengan relasi sosial. Pertama, tak apa-apa membuat kesalahan asalkan dibalik kesalahan membuktikan kualitas diri. Melakukan kesalahan kecil umumnya akan membuat seseorang lebih menarik secara sosial.

Kedua, efek pratfall ini berlaku sesuai konteks. Faktanya, penelitian setelah Aronson menemukan bahwa hasilnya bisa berbeda berdasarkan faktor lain, termasuk jenis kelamin.

Ketiga, efek pratfall tidak berlaku bagi individu yang dianggap memiliki kemampuan biasa-biasa saja. Bahkan mereka lebih mungkin terkena dampak negatif dari kesalahan mereka sendiri.

Secara umum, efek pratfall bisa membuat seseorang belajar bagaimana membawa diri dalam hubungan sosialnya terlepas besaran kesalahan yang dibuatnya.