Bagikan:

JAKARTA – Dalam berkomunikasi, satu orang dan orang lain memiliki dinamika yang berbeda-beda. Termasuk bagi Anda yang sudah berpasangan. Cara berkomunikasi ternyata besar pengaruhnya pada kualitas hubungan.

Disamping itu, ada hal-hal terkait ekpresi emosional yang memengaruhi dinamika komunikasi dengan pasangan. Dilansir Psychology Today, Rabu, 16 Juni, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan efek jalinan komunikasi lemah berkaitan pada kepuasan dan tekanan emosional salah satu pasangan.

Kontribusi berat sebelah

Perlu ditilik ulang tentang cara Anda dan pasangan berkomunikasi. Ketika Anda dan pasangan memiliki usaha setara dengan kebahagiaan yang didapatkan artinya dinamika komunikasi tidak bermasalah.

Tetapi apabila salah satu yang berkorban untuk lebih banyak inisiatif dalam berkomunikasi, maka bisa memicu masalah.

Mudahnya, dinamika komunikasi seperti neraca perdagangan. Memberi perlu sama dengan menerima untuk mendapatkan hubungan yang bahagia, jelas Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., profesor emeritus psikologi dan brain sciences di Universitas Massachusetts.

Emosi lebih banyak dipendam

Pasangan kekasih yang memberi dan menerima melibatkan aspek emosional. Eri Sasaki dari Universitas Auckland mencatat bahwa setiap orang berkontribusi dalam kesehatan hubungan jangka panjang berlandaskan sejauh mana mereka berbagi atau tidak perasaan satu sama lain.

Penekanan ekspresif melibatkan upaya untuk menyembunyikan ekspresi emosional dari orang lain. Menyembunyikan perasaan pada pasangan membutuhkan upaya mental dan dapat membuat seseorang lebih sulit memecahkan masalah dengan efektif.

Komunikasi tidak jujur

Masih berkaitan dengan memendam emosi, Sasaki mencontohkan. Menyimpan amarah ketika pasangan melakukan kesalahan dalam mengurusi karpet di rumah sehingga membuat Anda keliru membayar tagihan.

Kesalahan-kesalahan bikin emosi menumpuk dan tak diekspresikan secara jujur berpotensi gagal memenuhi kebutuhan mendasar dalam hubungan.

Interaksi terbatas

Berinteraksi dengan pasangan tidak sekadar kata, tetapi juga saling memandang atau mengekspresikan perasaan dengan sentuhan fisik. Apabila komunikasi verbal terbatas, bagaimana dengan komunikasi yang lain?

Ada pasangan jangka panjang yang berkomunikasi secukupnya tetapi memiliki jalinan hubungan yang kuat. Tak sedikit pula yang merasa tak pernah ada masalah dengan komunikasi tetapi ternyata kualitas hubungan rapuh.

Tim peneliti di Universitas Auckland meneliti tentang pasangan, yang satu penekanan emosi tinggi dan pasangannya memiliki penekanan emosi rendah. Tekanan yang berbeda bisa berpengaruh pada kualitas hubungan.

Emosi tak terkendali

Cara mengelola emosi juga dikontrol, misalnya rasa marah yang diekspresikan tanpa kendali dapat membuat hubungan penuh tegangan. Mengomunikasikan perasaan secara terbuka akan lebih baik, tetapi perasaan negatif tak terkontrol dapat memicu masalah.