Subaru Luncurkan SUV Listrik Solterra, Hasil Kerja Sama dengan Toyota

JAKARTA  - Subaru Corp Jepang pada Kamis meluncurkan kendaraan listrik (EV) pertamanya, Solterra, yang merupakan hasil dari proyek pengembangan bersama selama dua tahun dengan pemegang saham terbesarnya, Toyota Motor Corp.

Peluncuran kendaraan sport (SUV) muncul di tengah percepatan permintaan EV karena negara-negara di seluruh dunia memperketat peraturan lingkungan untuk mengurangi emisi karbon. Toyota bulan lalu mengumumkan versi kendaraan listrik baterai (BEV), bZ4X.

Pergeseran teknologi dari mesin pembakaran internal menimbulkan tantangan bagi pembuat mobil yang lebih kecil, seperti Subaru, yang kurang mampu mendanai pengembangan EV yang mahal. Pada saat yang sama, ini merupakan kesempatan bagi pembuat mobil papan atas, seperti Toyota, untuk menarik saingan yang lebih kecil untuk lebih dekat.

"Pasar EV belum matang, jadi kami akan menanggapinya dengan memperdalam kerja sama kami dengan Toyota," kata CEO Subaru Tomomi Nakamura saat acara peluncuran.

Untuk saat ini, kata dia, Solterra akan diproduksi oleh Toyota di Jepang dan Subaru dapat memindahkan produksinya ke pasar utamanya, Amerika Serikat, ketika volume penjualannya cukup.

Toyota, pelopor mobil listrik hibrida tetapi pendatang baru di pasar EV, berencana untuk memiliki 15 model BEV pada tahun 2025. Toyota juga menghabiskan 13,5 miliar dolar AS selama dekade berikutnya untuk memperluas kapasitas produksi baterai mobil.

Penjualan kendaraan di Subaru kurang dari sepersepuluh penjualan di Toyota, produsen mobil terbesar di dunia berdasarkan volume produksi.

Solterra, mobil penggerak roda depan memiliki daya jelajah 530 km, sedangkan versi penggerak semua roda dapat melaju 460 km dengan sekali pengisian daya, kata Subaru dalam siaran pers.

Toyota memiliki seperlima dari total dari Subaru dan memiliki 5% saham di Mazda Motor Corp, yang berencana untuk meluncurkan 13 kendaraan listrik pada tahun 2025, termasuk hibrida dan BEV yang akan menggabungkan teknologi Toyota.