Bantah Amerika Serikat Berusaha Menahan Kapal Tanker Iran, Pentagon: Itu Klaim Palsu
JAKARTA - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) menolak klaim Pengawal Revolusi Iran, terkait keberhasilan mereka menggagalkan upaya Amerika Serikat untuk menahan kapal tanker yang membawa minyak Iran di Laut Oman.
"Saya telah melihat klaim Iran, itu benar-benar salah dan tidak benar, itu klaim palsu," kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan, mengutip Reuters 4 November.
"Satu-satunya penyitaan yang dilakukan adalah oleh Iran," tegas Kirby menambahkan.
Para pejabat Amerika Serikat mengatakan, pada kenyataannya pasukan Iran telah menangkap sebuah kapal tanker minyak berbendera Vietnam bulan lalu, dan pasukan Angkatan Laut AS hanya memantau situasi.
"Dengan tindakan tepat waktu dan otoritatif dari pasukan angkatan laut Pengawal, operasi Angkatan Laut teroris AS untuk mencuri minyak Iran di Laut Oman gagal," klaim elite Pasukan Pengawal Iran dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh media pemerintah Iran sebelumnya pada hari Rabu.
Kapal tanker yang membawa minyak Iran tersebut diketahui merapat di Pelabuhan Bandar Abbas pada 25 Oktober.
Sementara media Iran mengidentifikasi kapal tanker yang disita sebagai "SOTHYS" nama yang diberikan situs web pelacakan kapal tanker untuk kapal berbendera Vietnam.
Tayangan TV pemerintah menunjukkan sebuah kapal tanker merah dikelilingi oleh sekitar 10 speedboat. Itu juga termasuk rekaman apa yang dikatakan TV sebagai pertemuan antara pasukan Iran dan AS.
Iran telah berulang kali memperingatkan Amerika Serikat tentang kegiatan militernya di Teluk, dengan mengatakan bahwa pasukan angkatan laut Pengawal telah meningkatkan patroli untuk juga mengamankan jalur kapal-kapal Iran dan memerangi penyelundupan bahan bakar.
Sebelumnya, memberikan rincian insiden yang dilaporkan, Press TV mengatakan Garda telah bereaksi "segera" ketika kapal tanker minyak Iran ditahan di Laut Oman.
"Anggota angkatan laut Pengawal melakukan operasi heliborne di dek kapal tanker yang ditahan, menguasai kapal, dan mengarahkannya kembali ke perairan teritorial Iran," lapor Press TV.
Secara terpisah, para pejabat Amerika mengatakan kepada Reuters, beberapa pesawat tak berawak, yang diyakini milik Iran, telah mendekati kapal serbu amfibi Angkatan Laut AS Essex di Selat Hormuz dalam 24 jam terakhir.
Baca juga:
- Bertemu Presiden Joe Biden, Presiden Jokowi Bahas Pentingnya Pengembangan Ekonomi Hijau hingga Presidensi G20
- Dilatih Navy SEAL dan Green Baret, Mantan Pasukan Khusus Afghanistan Bergabung dengan ISIS Melawan Taliban
- Galang Dukungan Global, Pemimpin Anti-Taliban Ahmad Massoud Berada di Tajikistan
- Presiden Erdogan: Presiden Biden Berjanji Melakukan yang Terbaik untuk Penjualan Jet Tempur F-16
Ketegangan meningkat antara Teheran dan Washington ini terjadi di tengah pembicaraan yang terhenti, tentang menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015 dengan kekuatan dunia, di mana Teheran membatasi program pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi global.
Pejabat tinggi keamanan Iran Ali Shamkhani mengatakan pada Hari Rabu, pembicaraan akan gagal kecuali Presiden Amerika Serikat Joe Biden dapat menjamin Washington tidak akan mengingkari perjanjian nuklir di masa depan.
Kesepakatan itu telah terkikis sejak 2018, ketika Presiden Donald Trump saat itu menarik Amerika Serikat darinya dan menerapkan kembali sanksi AS terhadap Iran, mendorong Teheran untuk melanggar berbagai batasan pengayaan uranium yang ditetapkan oleh pakta tersebut.
Shamkhani mentweet: "Presiden AS, yang tidak memiliki otoritas, tidak siap memberikan jaminan. Jika status quo saat ini berlanjut, hasil negosiasi sudah jelas."