Bagikan:

JAKARTA - Seorang aktivis hilang mendadak meskipun tidak berada di negerinya sendiri. Dia adalah Wanchalearm Satsaksit atau sering dipanggil Tar, seorang warga negara Thailand yang tinggal di Phnom Penh, Kamboja sejak 2014. Ia kerap bersuara soal isu gender dan hak-hak LGBT di Thailand selama lebih dari satu dekade terakhir dan pelan-pelan dia juga mulai mengkritik soal demokrasi di Thailand. Dia adalah seorang pro-demokrasi.

Sosok Wanchalearm sudah mencuri perhatian militer Thailand sejak 2014. Pada saat kudeta militer tahun itu yang dipimpin oleh Jenderal Prayuth Chan-o-cha, Wanchalearm berafiliasi dengan Front Bersatu untuk Demokrasi Melawan Kediktatoran (UDD), yang juga dikenal dengan nama Kaos Merah. Kelompok ini sudah mengkritik militer sejak kudeta sebelumnya yang terjadi pada tahun 2006. Saat itu, mereka berhasil menggulingkan perdana menteri Thaksin Shinawatra.

Setelah kudeta berakhir, wajah Wanchalearm muncul di TV. Dia dipanggil untuk menghadiri pertemuan di sebuah kamp militer. Wanchalearm memahami panggilan ini adalah tanda bahwa dia akan dibungkam, oleh sebab itu ia memilih untuk pergi dari Thailand dan memulai kehidupan baru di Phnom Penh, Kamboja. Hal ini diceritakan kepada BBC oleh Sunai Phasuk, seorang peneliti senior untuk Human Rights Watch Asia, yang juga teman dari Wanchalearm.

Tanggal 4 Juni lalu, Wanchalearm diculik oleh 3 orang tak dikenal. Sore itu, dia sedang berada di depan apartemennya dan berbicara melalui telepon bersama kakak perempuannya, Sitanun Satsaksit.

Menghilangnya Whancalearm Satsaksit bukanlah kali pertama terjadi. Ada 9 orang Thailand yang hilang secara paksa hingga kini, namun hanya 2 jasad yang ditemukan. Pemerintahan Jenderal Prayuth Chan-ocha ini memang dikenal otoriter dan kerap menindas para kritikus pemerintah. 3 dari 9 orang Thailand yang hilang secara tiba-tiba adalah Surachai Shuracai Danwattananusorn (pemimpin gerakan Kaos Merah yang pro-demokrasi Thailand), Chatcharn Buppawan alias Puchana dan Kraidej Luelert alias Kasalong. Dikutip dari The Guardian, mereka melarikan diri ke Laos pada tahun 2014, setelah kudeta militer yang menaikkan Jenderal Prayoth Chan-ocha selesai.

Tagar #ReturnTheExiled yang kembali mencuat (laman resmi Amnesty Thailand)

Mereka berharap bisa mempertahankan kekuasaan dengan membentuk partai politik pro-militer dan mengedepankan kepala pemerintahan militer. Ditambah lagi, konstitusi Thailand yang baru disusun dan disahkan oleh kekuatan militer, sehingga tak heran bila isinya sangat condong mendukung militer.

Sampai sekarang, lembaga-lembaga internasional, para aktivis hak asasi manusia, ahli hukum, politikus, sampai rakyat Thailand masih menuntut pemerintah Thailand dan Kamboja untuk segera melangsungkan penyelidikan atas hilangnya Wanchalearm Satsaksit. Mereka tak mau nasibnya berakhir seperti warga-warga Thailand yang kabur dan hilang di negara tetangga lainnya. Di sisi lain, banyak juga yang mulai pesimis kalau ia bisa ditemukan dalam keadaan selamat.

Siniar VOI kali ini akan menceritakan tentang kisah hilangnya Wanchalearm Satsaksit. Silakan tekan tombol dengarkan dan kami akan ceritakan kisahnya untuk Anda.