Siapa Eri Cahyadi, Calon Wali Kota Surabaya yang Dikenal 'Anak Emas Risma'
Calon Wali Kota Surabaya yang dikenal anak emas Risma, Eri Cahyadi (Instagram/@ericahyadi)

Bagikan:

JAKARTA - Eri Cahyadi yang maju sebagai calon wali kota di Pilkada Surabaya bukan nama asing di Kota Pahlawan itu. Sosok yang dikenal sebagai 'anak emas Risma' itu adalah birokrat yang telah lama membantu Risma di Kota Pahlawan. Dalam Pilkada Surabaya 2020 Eri Cahyadi maju sebagai calon wali kota Surabaya. Eri Cahyadi yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) maju bersama calon wakilnya, Armudji.

Di kontestasi Pilkada Surabaya, Eri Cahyadi dan Armudji bersaing dengan Machfud Arifin dan Mujiaman. Namanya tak asing di Surabaya, terutama di lingkaran birokrat. Eri Cahyadi menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Surabaya di era kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Risma mengakui istimewanya Eri.

Menurut Risma, Eri berperan penting merancang pembangunan Surabaya. Di mata Risma, Eri adalah birokrat yang bertanggung jawab, inovatif, dan yang paling penting bernyali dalam membela kepentingan banyak orang. Risma juga mengaku telah lama mengenal Eri, bahkan telah mengaderisasi Eri sejak tahun 2001, jauh sebelum Risma menjabat Wali Kota Surabaya.

Saat itu Risma masih menjabat Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya. Kaderisasi terhadap Eri berlanjut ketika Risma dimutasi ke posisi Kepala Cabang Dinas Pertamanan. Kaderisasi itu, kata Risma adalah pesan titipan dari ayah Eri agar Risma menggembleng sang anak.

Meski sempat menolak, Risma akhirnya manut lantaran ayah Eri bersikeras. Selain ikatan itu Risma dan Eri terikat dalam satu almamater: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. "Sekitar tahun 2001, bapaknya (Eri) itu menitipkan ke aku, 'tolong biar ikut Bu Risma.' Mbak Risma manggilnya waktu itu," tutur Risma mengisahkan, sebagaimana diberitakan Warta Ekonomi, Rabu, 9 Desember.

Surati warga Surabaya

Bukti ikatan penting antara Risma dan Eri makin jelas kala awal Desember lalu Risma menyurati warga Surabaya. Dalam surat-surat yang dikirim ke rumah warga itu Risma menyampaikan sejumlah pesan.

Pertama, Risma mengajak seluruh warga untuk berangkat ke tempat pemungutan suara (TPS). Kedua, Risma mendorong semua warga Surabaya menghindari golput.

Terakhir, Risma promosi. Ia menyebut nama Eri-Armudji sebagai pasangan calon yang telah teruji, berkompetensi, dan amanah. Achmad Hidayat, juru bicara tim pemenangan Eri-Armudji mengatakan surat tersebut ditulis Risma atas permintaan warga Surabaya.

“Saking cintanya kepada Bu Risma, warga ingin mendapat kenang-kenangan berupa surat, ajakan menyukseskan Pilkada melalui surat dari Bu Risma. Akhirnya beliau menulis surat tersebut,” kata Achmad.

Eri Cahyadi di Pilkada Surabaya

Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya menunjukkan Eri Cahyadi adalah kandidat dengan harta kekayaan paling sedikit ketimbang yang lain. Total, Eri Cahyadi mencatatkan kekayaan Rp3,05 miliar.

Eri dan Armudji, keduanya adalah anggota DPRD Jawa Timur dari PDIP. Eri telah dua kali menjabat Ketua DPRD Surabaya, tepatnya 2003-2004 dan 2014. Di pemilihan legislatif 2019, Eri mencoba melaju ke tingkat provinsi.

Pria kelahiran Surabaya, 8 Juni 1965 lolos dengan 136.208 suara. Kini, bersama Armudji, Eri berhadapan dengan Machfud Arifin yang merupakan purnawirawan perwira tinggi polisi.

Armudji pernah menjabat Kapolda Jawa Timur selama 12 Desember 2016 hingga 13 Agustus 2018. Saat itu Armudji menggantikan Iren. Pol Anton Setiadji.

Janji Eri Cahyadi

Meski dibayang-bayangi Risma, Eri mengatakan tak hanya akan melanjutkan program Risma. Eri mengaku telah memiliki tujuh program inovasi yang baru untuk diterapkan di Surabaya di sepanjang masa kepemimpinannya.

"Dari tujuh program yang kami rancang, tiga di antaranya menarik perhatian. Pertama yaitu membuat sentralisasi data atau akan membuat big data," kata Eri Cahyadi di hadapan para alumni ITS Manyar Surabaya, Minggu, 25 Oktober.

Eri menjelaskan, big data berisi beraneka ragam data, mulai data tingkat pendidikan, kesehatan, hingga kemiskinan. Nantinya, dengan data tersebut menjadi rujukan ketika mengambil kebijakan.

Misalnya data kemiskinan. Dengan big data, Pemkot Surabaya ke depan akan mengetahui pergerakan angka masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

"Sehingga yang belum bekerja langsung bisa ditangani oleh Pemkot," jelasnya.

Selain kemiskinan, big data juga bisa dengan mudah memantau pertumbuhan ekonomi. Misalnya mengetahui roda perekonomian di Surabaya, melalui pendapatan asli daerah (PAD). "Sehingga bisa menjadi rujukan pembangunan tahun depan," kata alumnus ITS itu.

Kemudian inovasi pengembangan potensi wisata kota. Menurut Eri, Surabaya memiliki daya yang bisa diunggulkan seperti wisata kota. Misalnya Sentra Ikan Bulak (SIB), di mana tempat itu bisa menjadi pusat perdagangan ikan segar.

"Lalu juga ada kawasan religius Ampel juga bisa dimaksimalkan, untuk pengembangan wisata berbasis agama," katanya.

Eri mengatakan Pemkot Surabaya sudah membuktikan dengan mengubah eks lokalisasi Dolly menjadi salah satu sentra ekonomi. Caranya menggandeng berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi yang ada di Surabaya. "Sekaligus sebagai sarana kerja praktik mahasiswa," ujarnya.

Sementara di bidang pendidikan, Eri bakal memberikan bimbingan les gratis kepada seluruh siswa di setiap Balai RW. Sehingga, kata dia, anak-anak dari keluarga tidak mampu bisa mendapatkan tambahan pembelajaran gratis.

"Saya yakin anak-anak di Surabaya akan lebih berkembang dan kualitasnya bisa bersaing hingga ke kanca International," kata alumni ITS ini.