Bagikan:

Sudah barang tentu permasalahan jalan tol bukan cuma kasus kecelakaan Tol Cipali. Ada segudang masalah menyangkut pembangnunan infrastruktur jalan, salah satunya: tol mangkrak. Artikel pamungkas Tulisan Seri khas VOI, "Hati-Hati di Cipali", tentang sejumlah tol yang pembangunannya mandek. 

Pembangunan infrasftruktur menjadi salah satu program utama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Tak terkecuali pembangunan jalan tol.  

Pada 2020, tercatat sebanyak 103 proyek jalan tol senilai Rp602,7 triliun berhasil diselesaikan sejak 2016 sampai dengan 4 Desember 2020. Jalan tol yang berhasil dibangun mencapai 1.309 km.

Menurut Kemenko Perekenomian, jumlah tersebut melampaui pembangunan jalan tol selama kepemimpinan lima presiden sebelumnya yaitu Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Meski demikian, bukan berarti tidak ada kekurangannya selama ini.

Ada saja laporan terkait mandeknya pembangunan tol. Entah karena terhambat oleh sulitnya pembebasan lahan atau efek pandemi COVID-19. 

Pada 2020, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (Wamen BUMN), Kartika Wirjoatmodjo, mengatakan bahwa pembangunan jalan Tol Trans Sumatera bakal molor satu sampai dua tahun dari target. Alasan molornya pembangunan salah satunya COVID-19.

"Karena kondisi COVID-19 yang memang tekanan keuangan yang berat pada pengembangannya yaitu HK (Hutama Karya)," ujar Tiko, dikutip Detik.

Ilustrasi (Sumber: pu.go.id)

Faktor penyebab

Salah satu proyek jalan tol yang penyelesaiannya tidak sesuai target adalah Interchange KM 149 Tol Gedebage, Kota Bandung. Diketahui masih ada sisa pembangunan yang belum rampung dikerjakan dan belum juga dioperasikan. 

Interchange KM 149 diketahui memiliki target rampung beberapa tahun lalu. Namun, pengerjaannya molor karena pembangunannya sempat terhenti. 

Salah satu musababnya yakni penolakan warga. Interchange KM 149 diketahui menghubungkan Bandung Intra Urban Tol Road (BIUTR) Kota Bandung.

Selain itu, ada pembangunan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Peletakan batu pertama pembangunan tol ini dilakukan pada 29 November 2011. 

Namun pembangunan Jalan Tol Cisumdawu sempat mangkrak karena hambatan pembebasan lahan. Diperkirakan Tol Cisumdawu akan rampung pada Desember 2021. 

Tol Cisumdawu ditujukan untuk menjadi denyut nadi bagi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka. Diharapkan bahwa jalan tol ini juga segera beroperasi pada awal 2022, menghubungkan wilayah Bandung dan sekitarnya dengan bandara kebanggaan warga Jawa Barat.

Masalah pembebasan lahan

Proyek jalan tol lainnya yang diketahui masih terhambat adalah pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak yang memiliki panjang 27 kilometer. Pembebasan tanah lagi-lagi menjadi kendala utama. Banyak tanah milik warga yang berubah bentang alamnya dari daratan menjadi lautan.

Mengutip Radioidola, pada 2020 Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jawa Tengah Peni Rahayu mengatakan pembebasan tanah menjadi kendala pembangunan. Tanah milik masyarakat yang terkena proyek pembangunan jalan tol Semarang-Demak, terutama yang masuk wilayah Kota Semarang, dan bentang alamnya berubah dari daratan menjadi lautan, membuat proses pembebasan lahan terkendala. 

Sebagian proyek jalan tol Semarang-Demak sebagian merambah ke wilayah hutan mangrove atau di pesisir Pantai Utara Jawa Tengah. meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dari pembangunan Tol Semarang-Demak, Kementerian PUPR bekerja sama dengan Pemerintah Daerah menyiapkan program relokasi lahan mangrove. 

Caption

Hutan bakau yang terkena proyek itu berada di sekitar pembangunan Seksi 1 Tol Semarang-Demak ruas Semarang-Sayung. Terdapat 3 lokasi kawasan mangrove yang akan direlokasi dengan total luas kurang lebih 46 hektare.

Keberadaan Tol Semarang - Demak akan meningkatkan konektivitas di wilayah Jawa Tangah bagian utara sekaligus menghubungkan kawasan-kawasan strategis seperti pelabuhan, bandara, kawasan industri, dan kawasan pariwisata, khususnya Demak sebagai kawasan wisata religi.

Selain itu, ada tol dalam kota yaitu Tol Kelapa Gading-Pulo Gebang yang target pembangunannya molor. Sebelumnya, pembangunan itu memiliki target perampungan dalam waktu 30 bulan sejak 2017 yang mana seharusnya selesai di akhir 2019. Namun target tersebut tidak terpenuhi karena terdapat kendala, di antaranya pembebasan lahan tambahan, relokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT-150 kV), dan lainnya. 

Titik terang

Untungnya, saat ini pembebasan lahan untuk pembangunan tol sudah selesai 100 persen dan progres konstruksi sudah mencapai 85 persen. Diprediksi pembangunan akan selesai pada Juli 2021. 

Selain itu, ada jalan tol Tol Serpong-Balaraja (Serbaraja) di Provinsi Banten yang masih tersendat pembangunannya. Jalan tol tersebut digagas sejak 2016, namun masih terkendala dengan pembebasan lahan. 

Mengutip Bisnis, Komisi V DPR RI Lasmi Indaryani mengatakan mendesak agar mempercepat pembebasan lahan. Hal tersebut dikhawatirkan muncul investor dadakan yang mengambil keuntungan dari proyek pemerintah. Investor dadakan itu nantinya mengambil untung dari pembebasan lahan sehingga menyulitkan pemerintah untuk membebaskan lahan. 

“Pembangunan sudah molor. Tanda tangan tahun 2016 baru dilaksanakan 3 tahun kemudian, lama-lama ini akan jadi proyek mangkrak. Mau selesai tahun berapa?” kata Lasmi. 

Jalan Tol Serpong-Balaraja dilaporkan akan memiliki 8 simpang susun. Nantinya bisa menjadi akses baru dari Serpong hingga Balaraja, yakni SS CBD, SS Industri, SS Legok, SS Mekar Jaya, SS Pasir Barat, SS Jambe, SS Cileles, dan SS Tigaraksa. Direncanakan rampung pada akhir 2021.