Impor Berlimpah, Jelang Pencoblosan Beras Menghilang
Ilustrasi Foto Karya Andry Winarko (VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Masyarakat perkotaan yang mulai terbiasa berbelanja produk dari toko atau warung waralaba seperti Alfamart dan Indomart dikagetkan dengan menghilangnya pasokan beras di berbagai gerai. Beberapa merk beras seperti Sania, Kunci emas, Platinum yang biasa tersedia dalam ukuran kantong 5 Kg tak terlihat. Petugas pengelola retail modern itu mengakui bahwa stok beras sejak minggu tenang kontestasi Pilpres 2024, kosong.

Staf humas Alfamart wilayah Jabotabek, Budi Santoso mengaku kelangkaan di gerai Alfamart terjadi karena berkurangnya pasokan dari pihak supplier. Menurutnya kelangkaan itu terjadi dalam sepekan terakhir. Beras-beras yang berjenis premium yang mengalami kelangkaan di warung waralaba.

"Ada beras tetapi jumlahnya terbatas sehingga pendistribusian tidak merata. Saat ini Alfamart mendistribusikan jumlah barang sesuai yang bisa didapat. Sehingga pembelian hanya dibatasi," katanya kepada VOI, Jumat, 16 Februari.

Kelangkaan beras di toko retail modern dimulai sejak masa tenang Pemilu 2024 berlaku. Corporate Communication GM Alfamart, Rani Wijaya dalam releasenya kepada VOI, Jumat (16/2) mengatakan stok beras premium lokal kemasan 5 Kg di gerai Alfamart tidak bisa memenuhi permintaan. Hal itu berbanding lurus dengan stok beras di gudang yang dimiliki.

Berdasarkan pengamatan VOI sejak masa tenang Pemilu hingga tanggal 19 Februari, kekosongan beras di warung waralaba baik Alfamart dan Indomart terjadi di beberapa wilayah di Jabodetabek. Wilayah itu antara lain, Depok, Jagakarsa, Bojong Gede, Sentul, Kelapa Gading, Cibubur, Cipondoh dan Pinang. Khusus di Jagakarsa, beberapa toko eceran penjual beras terlihat hanya ember kosong yang biasa menjadi wadah penampung.

Menurut pedagang beras di Jalan Raya Srengseng Sawah, kelangkaan beras itu terjadi sejak dua bulan sebelum pemilu, selain langka harga juga mulai dirasakan naik, harga beras curah merk MBW yang biasa dijual Rp12.000/Kg, kini dijual Rp15.000/Kg. Ada kenaikan harga sekitar tiga ribu dalam setiap kilogramnya. Meski harga dinaikan, penjualan beras sama sekali belum menguntungan. Hal ini disebabkan modal pembelian sudah tinggi dari distributornya, penjual harus memadukan dengan dagangan produk lain, seperti sembako.

"Anggaplah seperti subsidi silang kalau tidak dapat untung dari beras, untung dari jualan sembako," ujar perempuan pedagang itu.

Kondisi yang sama diakui penjual beras bernama Farhan di sekitar Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Farhan menyebutkan kelangkaan beras sudah dirasakannya sejak 1 bulan lalu dan hal yang sama juga terjadi di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. "Dampaknya kelangkaan ini harga beras jadi tinggi tidak sesuai dengan harga jual biasanya," katanya kepada VOI, Sabtu, 17 Februari. Pria yang mengaku berasal dari Sumatera Barat ini menjual beras cap Jeruk yang biasa seharga Rp120-130 ribu/10Kg saat ini harus dijual seharga Rp150 ribu/10 kg.

Stok Beras Di Gudang Ritel Menipis

Pedagang Beras di Pasar Induk Cipinang (Antara)
Pedagang Beras di Pasar Induk Cipinang (Antara)

Terkait kelangkaan dan melonjaknya harga beras akhir-akhir ini, Guru Besar Pertanian IPB, Dwi Andreas Santoso, menjelaskan kelangkaan pasokan beras, khusus yang premium di ritel modern seperti Alfamart dan Indomart terjadi karena stok beras di gudang-gudang mereka mulai menipis. Itu akibat dari supplier beras dari penggilingan besar yang memproduksi beras premium untuk memasok retail modern terbatas.

Andreas menjelaskan kosongnya pasokan beras premium terjadi sejak bulan Agustus lalu, dimana harga gabah kering panen melonjak di harga Rp6.272/Kg ditingkat petani. Harga yang tinggi itu menyebabkan banyak penggilingan besar berhenti produksi, sementara harga jual beras dibatasi HET (Harga Eceran Tertinggi) sebesar Rp13.900 untuk zona 1. Dengan harga gabah yang sudah tinggi sementara harga juga dibatasi HET, banyak pengusaha yang memilih berhenti produksi beras premium.

"Akibatnya pasokan beras premium ke retail-retail modern berkurang. Mereka hanya melepas stok yang ada, sehingga kemampuan jual beras premium di ritel modern terbatas,"katanya kepada VOI, Sabtu, 17 Februari.

Menurut Andreas, pada bulan Oktober sebenarnya harga beras sudah mulai stabil, berkisar antara Rp14.500/Kg hingga bulan Desember berkisar Rp14.600/Kg. Namun tiba-tiba harga melonjak saat ini mencapai harga Rp15.000/Kg. "Harga gabah kering di level petani pada September-Oktober juga sudah mulai turun ke angka Rp7.800, namun di Januari 2024 melonjak lagi dan paling tinggi saat ini," katanya.

Andreas mengatakan terjadinya lonjakan harga, karena kesalahan komunikasi pemerintah selama ini, "Sudah berulang kali kita dengar pemerintah menginformasikan, bahwa pada Januari kita akan defisit beras sebanyak 2,8 juta ton, pernyataan ini yang memicu kepanikan kalangan pedagang," katanya.

Padahal menurut Andreas, pemerintah sepanjang 2023 diputuskan mengimpor beras sebanyak 3,3 Juta ton dari berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Pakistan dan Myanmar. Tak tanggung beras yang telah masuk hingga Desember 2023 sebanyak 2,7 juta ton. Awal tahun ini juga telah masuk sebanyak 500 ribu ton. Import 3,3 juta ton beras, menurut Andreas, merupakan impor terbesar sepanjang 25 tahun terakhir.

Jadi seperti anomali, kata Andreas, kita dibanjiri beras import tetapi harga beras melambung tinggi. Dan dalam sepekan ini malah sulit untuk didapat. Jadi menurut perhitungan Andreas, pada dasarnya stok beras kita cukup bahkan untuk menghadapi Ramadhan dan Idul fitri. Sebab beras yang dipegang produsen dan pedagang menurut perhitungan Andreas ada sekitar 4,7 ton dan amat sangat mencukupi.

Kelangkaan Terjadi Akibat Jalur Distribusi Terganggu

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Provinsi DKI Jakarta, Suharini Eliawati, menyebutkan kelangkaan beras di sejumlah gerai minimarket yang berada di wilayah Jakarta, disebabkan perubahan iklim yang menghambat masa panen. Menurut dia, masa panen raya diperkirakan jatuh pada Bulan Maret 2024 mendatang.

Dia mengatakan, masa panen raya yang baru akan terjadi pada Maret berimbas pada berkurangnya aktivitas pedagang karena libur panjang dan masa pengisian ulang pihak ritel terhadap stok beras. "Belum masuknya masa panen raya, diperkirakan waktunya itu bulan depan sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan," kata Suharini kepada VOI, Selasa, 20 Februari.

Kelangkaan beras di minimarket juga terjadi di 2 Kecamatan di Kota Tangerang. Pertama di Kecamatan Cipondoh dan kedua di Kecamatan Pinang. Namun kelangkaan beras di pasar tradisional di Kota Tangerang tidak terjadi.

Penjabat (Pj) Wali Kota Tangerang, Nurdin menegaskan kelangkaan beras di Kota Tangerang dipastikan tidak terjadi di pasar tradisional. Dia juga menjawab saat ini sedang berupaya mendistribusikan beras dengan muatan 5 Kg dengan harga di bawah pasar.

"Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan (DKP), Pemkot Tangerang sedang berusaha melakukan pemotongan jalur distribusi agar tidak terlalu panjang. Jalur distribusi yang panjang sangat memungkinkan harga menjadi tinggi. Kami sedang mengupayakan harga beras dengan muatan 5 Kg bisa dibeli masyarakat dengan harga Rp50 ribu," katanya.

Nurdin mengatakan untuk menekan kegelisahan masyarakat di Kota Tangerang terkait kelangkaan beras di berbagai daerah nusantara, pihaknya sedang gencar merealisasikan gerakan pangan murah (GPM). Menurut Nurdin, gerakan pangan murah merupakan bentuk kerja sama pemkot dengan pihak Bulog. Gerakan pangan murah ini ditambahkan dia serentak dilakukan di 104 kelurahan yang berada di Kota Tangerang.

"Kami akan melaksanakan bazar serentak dengan bekerjasama dg BULOG utk merealisasikan gerakan pangan murah (GPM). Kegiatan ini akan dilaksanakan aecara serentak di 104 Kelurahan di Kota Tangerang," katanya kepada VOI, Selasa, 20 Februari.

Sidak Beras di Pasar Induk Cipinang

Di sisi lain, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Awaludin Iqbal yang juga dikonfirmasi perihal yang sama soal kelangkaan beras ini hanya menyampaikan siaran Perum Bulog tertanggal 15 Februari yang pada intinya menyampaikan berita tentang kelangkaan beras ini didengar oleh Presiden Joko Widodo. Dan pada tanggal itu presiden berkenan melakukan pengecekan kondisi pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur dan melihat langsung ketersediaan cadangan beras pemerintah yang disalurkan dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Presiden Sidak Beras di  Pasar Induk (Antara)
Presiden Sidak Beras di Pasar Induk (Antara)

Presiden dalam kesempatan itu mengatakan, "Saya datang di Pasar Induk Cipinang ini untuk memastikan bahwa stok beras di sini ada karena dari sinilah didistribusikan ke ritel, ke supermarket, ke daerah, dari Pasar Induk Cipinang ini. Sehingga saya ingin pastikan beras yang ada di sini ada, tersedia, jumlahnya cukup, dan saya melihat melimpah," ujar Presiden Jokowi seperti ditulis dalam siaran pers itu.

Presiden dalam kesempatan itu mengatakan, bahwa harga beras yang berada di atas harga normal saat ini disebabkan oleh belum masuknya hasil panen. Selain itu, jalur distribusinya juga terganggu oleh banjir di sejumlah daerah seperti di Demak dan Grobogan.

Presiden membantah anggapan bahwa kenaikan harga beras dipicu pemberian bantuan pangan dari pemerintah. Menurut Presiden, pemberian bantuan pangan kepada masyarakat justru merupakan bagian dari upaya pemerintah mengendalikan harga beras dengan meningkatkan suplai di masyarakat.