JAKARTA - Beberapa waktu lalu, muncul laporan sejumlah ponsel Xiaomi yang telah diimpor ke pasar tertentu tidak lagi berfungsi. Ponsel-ponsel itu berlokasi di pasar di mana perusahaan tidak memiliki kehadiran resmi.
Menurut laporan Global Times, Rabu, 15 September, juru bicara Xiaomi mengatakan ponsel itu sementara dikunci dari jarak jauh oleh Xiaomi saat mengumumkan larangan tersebut. Hal itu karena ini adalah bagian dari penyelidikan yang sedang berlangsung.
Perusahaan khawatir ponsel tersebut dijual di pasar abu-abu di negara-negara terlarang seperti Cuba, Iran, Syria, Korea Utara, Sudan, dan wilayah Crimea. Namun, sepertinya semuanya sudah teratasi. Pengguna ponsel yang dinonaktifkan bisa kembali menggunakannya.
"Penyelidikan telah mencapai hasil yang signifikan, dan perangkat yang terpengaruh dapat dibuka sekarang," ungkap juru bicara Xiaomi.
Pasar tersebut memang tidak diperbolehkan menjual ponsel Xiaomi. Namun, beberapa orang membeli handset Xiaomi di pasar legal dan membawanya ke negara terlarang untuk digunakan, bahkan di jual kembali.
Perlu diingat bahwa, secara resmi, kebijakan Xiaomi adalah tidak mengizinkan produk apa pun diekspor ke negara dan wilayah yang terdaftar di mana ponselnya dilarang.
BACA JUGA:
Akan tetapi sepertinya Xiaomi hanya mengejar penyelundup pasar abu-abu aktif yang membawa ponselnya ke pasar terlarang dan menjualnya kembali. Tampaknya raksasa China itu tidak masalah jika orang hanya membeli ponsel Xiaomi di pasar legal, dan membawanya ke pasar terlarang hanya untuk digunakan, dan bukan untuk dijual kembali.
Keputusan untuk memulihkan akses ke pemilik sah ponsel Xiaomi di pasar ini mungkin menjadi jalan tengah, karena kebijakan ekspor perusahaan secara tegas melarang penggunaan ponsel di luar pasar legal. Menariknya, meski ponsel secara resmi dilarang dijual di negara tersebut, tetapi menurut data StatCounter, ponsel Xiaomi mengambil 15 persen dari total pasar smartphone di Cuba.