JAKARTA – - Departemen Kehakiman AS sedang menyiapkan gugatan monopoli kedua terhadap Google milik Alphabet Inc atas bisnis periklanan digital raksasa dalam pencarian internet seperti dilaporkan oleh Bloomberg News pada Rabu, 1 September.
Departemen Kehakiman menggugat Google pada Oktober 2020, dan menuduh perusahaan senilai 1 triliun dolar AS itu secara ilegal menggunakan kekuatan pasarnya untuk melumpuhkan saingannya. Uji coba ditetapkan untuk September 2023.
Ditanya tentang laporan tersebut, Google menjawab dalam email bahwa "teknologi periklanan membantu situs web dan aplikasi mendanai konten mereka, memungkinkan usaha kecil untuk tumbuh, dan melindungi pengguna dari praktik privasi eksploitatif dan pengalaman iklan yang buruk."
Gugatan oleh 38 negara bagian dan teritori AS menuduh Google menyalahgunakan kekuatan pasarnya dalam upaya menjadikan mesin pencarinya dominan di dalam mobil, TV, dan speaker seperti halnya di telepon. Ini dikonsolidasikan dengan gugatan federal untuk tujuan penemuan.
BACA JUGA:
-
| TEKNOLOGI
Demam NFT, Bos Tron (TRX) Justin Sun Beli Avatar Tpunks Seharga Rp149 Miliar
02 September 2021, 01:00 -
| TEKNOLOGI
Jelang Hari Belanja Online Nasional, Ini 5 Fakta Perilaku Konsumen di Indonesia
02 September 2021, 02:00 -
| TEKNOLOGI
Jangkau Pasar ASEAN, Porsche Bangun Pabrik Perakitan di Malaysia
01 September 2021, 13:00 -
| TEKNOLOGI
Tingkatkan Pariwisata, Pemkab Banyuasin Gunakan Aplikasi Giwang
01 September 2021, 15:30
Negara Bagian Texas, yang didukung oleh negara bagian lain, juga mengajukan gugatan terpisah terhadap Google, dan menuduhnya melanggar undang-undang antimonopoli dalam cara menjalankan bisnis periklanan online-nya.
Reuters melaporkan pada bulan Maret bahwa rencana Google untuk memblokir alat pelacak web populer yang disebut "cookies". Hal ini dilakukan karena munculnya kekhawatiran setelah penyelidik Departemen Kehakiman AS yang telah bertanya kepada eksekutif industri iklan apakah tindakan Google itu akan melumpuhkan saingan yang lebih kecil.
Tag Terpopuler
#israel #idulfitri #lebaran #iran #palestina #arus balik lebaranPopuler
Terkait
