YOGYAKARTA - Umumnya, kita lebih sering mendengar teknologi Kecerdasan Buatan yang terdapat pada fitur fotografi. Berfungsi untuk meningkatkan kualitas foto secara otomatis. Padahal, di Amerika Serikat (AS), teknologi ini merupakan salah satu yang berkembang cepat.
Mengutip Science Alert, militer AS diketahui sedang mengujicoba jaringan Kecerdasan Buatan eksperimen dengan tugas yang cukup rumit dan mindblowing. Yakni mengidentifikasi kejadian di masa depan yang membutuhkan perhatian besar –sehari sebelum peristiwa itu terjadi.
Serangkaian tes ini disebut Global Information Dominance Experiments (GIDE). Eksperimen tersebut menggabungkan data dalam jumlah sangat besar dan berasal dari berbagai sumber. Termasuk gambar kiriman satelit, laporan intelijen, hasil sensor di lapangan, radar, dan masih banyak lagi.
Tak hanya itu, komputasi awan juga memainkan peran penting dalam eksperimen ini. Teknologi penyimpanan ini memastikan bahwa seluruh data yang sudah dikumpulkan dari berbagai penjuru dunia bisa diproses secara efisien, kemudian diakses oleh perwira militer maupun agensi yang membutuhkannya.
“GIDE, Global Information Dominance Experiments, mewujudkan perubahan mendasar dari cara kami memanfaatkan informasi dan data guna meningkatkan pengambilan keputusan bagi para pemimpin. Dari tingkat taktis hingga strategis. Tidak hanya untuk para pemimpin militer, tapi teknologi ini juga memberi kesempatan bagi pemimpin dari kalangan sipil,” ungkap Jenderal Angkatan Udara AS Glen D. VanHerck, dikutip dari situs resmi Kementerian Pertahanan AS, Rabu, 28 Juli.
Mirip Teknologi Dalam Film Minority Report
Banyak teknologi yang dikembangkan saat ini terinspirasi dari film-film sains ilmiah. Jika disebutkan, tentunya daftar tersebut bakal panjang. Dan teknologi GIDE merupakan salah satunya.
Membaca keterangan VanHerck, konsep teknologi serupa juga bisa kita temukan dari film yang disutradari Steven Spielberg berjudul Minority Report. Film tersebut menceritakan satuan kepolisian baru yang khusus menangani setiap kejahatan yang akan terjadi. Tak asing, bukan?
VanHerck mengungkapkan bahwa gagasan pengembangan teknologi ini guna merancang tindakan antisipasi dari setiap langkah yang diambil negara lain. Artinya, tindakan pencegahan bisa dilakukan bahkan sebelum pertempuran dimulai, atau saat ketegangan antara kedua belah pihak berpotensi meningkat.
BACA JUGA:
Meskipun begitu, tidak ada yang bersifat mistik dari ‘ramalan ini’. Contohnya, ketika satu negara tengah menyiapkan kapal untuk meninggalkan pelabuhan, artinya cukup jelas bahwa kapal tersebut sedang menuju ke laut. Menggunakan bantuan AI, militer bisa menemukan serta menyusun seluruh informasi tersebut jauh lebih cepat ketimbang waktu yang dibutuhkan oleh analis manusia.
Contohn lainnya yakni jumlah mobil di tempat parkir, markas militer, atau stasiun penelitian. Ketika AI melihat adanya peningkatan aktivitas, maka akan memberitahukannya ke sistem lain, yang kemudian akan mengalasia sebagai bagian dari data set berukuran besar.
“Data-data itu ada. Dan apa yang kami lakukan adalah membuat data itu tersedia lalu dibagikan lewat komputasn awan –di mana machine learning dan Kecerdasan Buatan yang akan mengawasinya. Lalu, keduanya memproses dengan sangat cepat dan mengirimkannya ke pengambil kebijakan, yang saya sebut Kebijakan Superior,” ungkap VanHerck.