Perang Teknologi Amerika vs China, Mana yang Bakal Menang?
China diprediksi bakal menangkan perang teknologi dengan AS (Fool)

Bagikan:

JAKARTA – Dua negara adidaya, Amerika Serikat (AS) dan China kerap bersaing dalam berbagai bidang, baik dalam percaturan politik maupun inovasi teknologi. Jika keduanya berperang dalam bidang teknologi, siapakah yang akan memenangkannya?

Mantan pejabat Pentagon, Nicolas Chaillan berpendapat bahwa perang teknologi akan dimenangkan oleh China ketimbang AS. Chaillan pernah menjabat sebagai Chief Software Officer Pentagon namun memilih melepas jabatan tersebut karena AS lamban dalam transformasi teknologi untuk militer.

Dia berkata kepada Financial Times bahwa kegagalan dalam merespon perkembangan teknologi bisa membahayakan negara tersebut. Chaillan secara terang-terangan menyebut AS tidak punya kesempatan untuk melawan China, meski dalam 15 hingga 20 tahun lagi.

“Saat ini sudah menjadi kesepakatan, menurut saya sudah berakhir. Apakah dibutuhkan perang atau tidak, itu semacam anekdot,” imbuh Nicolas Chaillan sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin 12 Oktober 2021.

Saat ini, ekonomi China merupakan yang terbesar kedua di dunia. Penilaian intelijen Barat memprediksi negara tersebut bakal mendominasi banyak teknologi penting, terutama biologi sintetik dan genetika dalam satu dekade ke depan.

Selain itu, Chaillan juga menyebutkan bahwa China bakal mendominasi masa depan dunia. Negara tersebut akan mengerahkan semuanya, mulai dari narasi media hingga geopolitik.

Di sisi lain, dia juga mengkritik perkembangan raksasa teknologi AS seperti Google yang lamban dalam melakukan kerjasama dengan negara bagian dalam mengembangkan kecerdasan buatan (AI). AS juga kerap meributkan permasalahan etika dalam pengembangan AI.

Chaillan menyoroti perusahaan China yang punya kewajiban untuk bekerja sama dengan pemrintah dan menggelontorkan dana besar-besaran untuk pengembangan teknologi AI tanpa membahas permasalahan etika.

Nicolas Chaillan menilai sejumlah departemen pemerintah di bidang pertahanan siber masih berada di “level taman kanak-kanak’. Pada bulan September 2021 lalu, Nicolas Chaillan mengumumkan untuk undur diri dari jabatannya. Dia menyebutkan bahwa pejabat militer kerap diminta untuk menangani permasalahan siber, padahal mereka kurang berpengalaman.

Di sisi lain, juru bicara Departemen Angkatan Udara menyebutkan bahwa sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall sudah membahas pengembangan software departemen di masa depan dengan Nicolas Chaillan setelah dia melepas jabatan Chief Software Officer AS.