Facebook Mau Kontrol Laman Pemberitaan Media Asing di <i>Platform</i>nya
Ilustrasi Facebook (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Di tengah memanasnya situasi di Amerika Serikat (AS), Facebook justru mengambil langkah berbeda dari media sosial lainnya. Facebook dikabarkan akan mulai melabeli konten berita yang berasal dari media asing seperti Rusia, China, Korea Utara, dan Iran pada platform mereka

Seperti dikutip The Verge, Facebook berusaha mereduksi saluran media asing yang dikontrol negaranya. Tujuannya untuk meredam aktivitas pemberitaan yang berpotensi mendorong informasi palsu. 

Meskipun belum ada indikasi berita palsu dalam postingan mereka, banyak pejabat di AS yang khawatir bila media-media asing itu ikut campur dalam proses pemilu mendatang.

"Mereka menggabungkan pengaruh organisasi media dengan dukungan strategis suatu negara, dan kami percaya orang-orang harus tahu jika berita yang mereka baca berasal dari publikasi yang mungkin berada di bawah pengaruh pemerintah," tulis Kepala Kebijakan Cybersecurity Nathaniel Gleicher, pada laman Facebook Newsroom, Jumat, 5 Juni. 

Facebook Kontrol Pemberitaan Media Asing (dok. Facebook Newsroom)

Dijelaskannya, pemberian label laman 'media asing' ini berdasarkan berbagai faktor, mulai dari informasi kepemilikan dan pendanaan, transparansi di sekitar sumber tulisan hingga kebijakan koreksi dan sistem akuntabilitas media tersebut. Meski begitu laman tersebut masih bisa beroperasi secara independen, berdasarkan kebijakan undang-undang kebebasan pers dan penilaian yang kredible dari media asing tersebut. 

Facebook sendiri telah melabeli beberapa laman dan post dari outlet media asing yang dianggap, karena dianggap menyebarkan propaganda di AS. Beberapa di antaranya termasuk Sputnik dan RT yang merupakan media asing asal Rusia. 

Oleh Facebook kedua media asing itu, sekarang didefinisikan sebagai media yang dikendalikan oleh negara, bersama dengan outlet lain seperti China Daily. Facebook bukan yang pertama melakukan hal seperti ini; YouTube bereksperimen dengan memberi label saluran berita yang didanai negara pada 2018, meskipun penegakannya tidak konsisten.

Menurut Facebook’s Transparency Tool, perusahaan tidak akan memberikan tanggal pasti kapan akan mulai melarang pembelian iklan tersebut, meskipun media tersebut telah membeli beberapa iklan yang menargetkan AS. Hanya saja diakui Gleicher, besar kemungkinan aktivitas pemberitaan semacam ini punya tujuan untuk merusak Pilpres AS 2020 mendatang. 

"Orang-orang harus memahami siapa yang ada di balik argumen yang mereka lihat. Jadi ini bukan hanya tentang pendanaan. Di situlah pemerintah dapat melakukan kontrol editorial atas entitas," ungkapnya.

Rencananya, Facebook akan mulai memberi label iklan pada laman media asing dalam beberapa bulan mendatang. Raksasa media sosial ini juga mempertimbangkan untuk melabeli berita yang dibagikan secara individual pada timeline seseorang. 

Facebook Kontrol Pemberitaan Media Asing (dok. Facebook Newsroom)

Di sisi lain, Facebook saat ini juga berjuang untuk menangani konten-konten rasial yang memicu aksi unjuk rasa di AS. Sayangnya, CEO Facebook Mark Zuckerberg masih bungkam soal keengganannya untuk tidak melabeli pernyataan Trump yang kerap kontroversial dan memicu aksi demonstran. 

Kebijakan Zuckerberg yang tidak melakukan verifikasi fakta ini membuat para karyawannya mogok kerja bahkan mengancam akan meninggalkan Facebook. Tak sedikit dari mereka yang menganggap Zuckerberg telah menjadi pengecut dan membela Trump yang jelas-jelas melakukan ujaran kebencian.