JAKARTA - Selama ini wilayah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) diketahui memiliki keterbatasan akses internet. Namun kini masyarakat di sana telah merasakan dampak positif dengan dapat diaksesnya jaringan internet 4G di daerah yang selama ini terpinggirkan tersebut.
Wilayah 3T awalnya memang dianggap tidak menarik secara komersil oleh para operator selular. Akan tetapi kini mulai bersinar setelah BAKTI Kominfo hadir di daerah-daerah tersebut.
"Wilayah non komersil itu tidak diminati oleh operator, itu seperti wilayah 3T. Karena itu, tugas utama BAKTI adalah membangun dan menyediakan infrastruktur telekomunikasi di wilayah non komersil dan mendorong hadirnya ekosistem digital," ungkap Direktur Layanan Masyarakat dan Pemerintah BAKTI Danny J. Ismawan dalam acara Webinar BAKTI, Jumat 2 Juli.
Lebih lanjut, Danny juga mengatakan bahwa nantinya proyek SATRIA juga bisa dikhususkan untuk wilayah-wilayah tedampak seperti 3T.
"Ada enam program yang harus dilaksanakan oleh BAKTI, yakni pembangunan BTS, penyediaan satelit multifungsi, membangun ekosistem digital, penyiaran, palapa ring, dan penyediaan akses internet," ujar Danny.
Menurut Danny, kondisi pandemi saat ini secara tidak langsung memberi hikmah tersendiri di sektor telekomunikasi.
“Yang pertama, momentum pandemi menjadi bukti keseriusan pemerintah atas tuntutan masyarakat terhadap pemerataan jaringan telekomunikasi dengan beberapa langkah percepatan transformasi digital. Kedua, kita mengalami tantangan terberat di adopsi teknologi. Kita secara tidak langsung dipaksa untuk memahami dan dapat menggunakan teknologi agar tidak semakin tertinggal, khususnya masyarakat di daerah terpencil,” jelas Danny.
BACA JUGA:
Sementara itu, Danny juga menggambarkan kehadiran internet di wilayah 3T bagai pisau bermata dua bagi masyarakat, bisa berdampak positif maupun negatif.
"Ini tidak lepas dari kekhawatiran ya, hadirnya internet itu juga tidak hanya berdampak positif tetapi juga seperti dua mata pisau yang ada negatifnya juga. Bagaimana mereka (masyarakat) bisa bijak memanfaatkan teknologi dan internet. Ditakutkan ada konten-konten yang tidak sesuai (di akses)," tegas Danny.
"BAKTI memiliki tanggung jawab moril untuk memberi edukasi ke masyarakat agar bijak dalam memanfaatkan teknologi," tambahnya.
Danny menuturkan, secara umum ada empat sektor prioritas yang didukung dalam kaitan literasi digital yang dilakukan BAKTI, yakni pendidikan, UMKM, pariwisata, dan kesehatan.
Sebelumnya diberitakan, pada sektor pendidikan, secara khusus BAKTI menggandeng perusahaan teknologi Ruangguru untuk melakukan program Indonesia Teaching Fellowship (ITF) atau pengembangan kompetensi guru.
Kerjasama ini kini telah memasuki tahun kedua. Tahun pertama periode 2019 hingga 2020 diikuti 206 guru dari wilayah Kabupaten Sorong, Papua Barat dan Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara, sedangkan tahun kedua ini peserta 80 guru dan 80 siswa kelas 3 SMA dari Kabupaten Asmat, Papua dan Kabupaten Ende, NTT.