Bagikan:

JAKARTA – Ketika negara-negara di dunia berbondong-bondong memasuki era 5G, China justru mengaku sudah menguasai teknologi 6G. Informasi tersebut diumumkan oleh Badan Properti Intelektual Nasioonal China (CNIPA) sebagaimana dilansir dari Telecoms.

Pengumuman ini terbilang mengejutkan publik. Dalam hal ini China sudah mendahului negara-negara lain dalam pengadaan infrastruktur teknologi generasi setelah 5G, yakni 6G.

CNIPA melaporkan bahwa China sudah memiliki hak paten yang banyak terkait teknologi 6G tersebut. Sebanyak, mereka mengklaim sudah memiliki 35 persen dari total 38.000 hak paten dunia yang berkaitan dengan 6G, sebagaimana yang dilansir dari The Sun, Rabu 2 Juni.

Pada posisi kedua, ada Amerika Serikat yang telah mempunyai paten 6G sebesar 18 persen. Selain dua negara raksasa tersebut, Uni Eropa juga mengklaim tengah mengembangkan jaringan 6G untuk diterapkan di seluruh negara di Eropa secara merata.

Teknologi 6G kabarnya memiliki kecepatan 100 kali lebih ngebut daripada generasi 5G. Selain itu, teknologi 6G juga diklaim mampu digunakan di kedalaman laut dan di luar angkasa.

Pada teknologi 5G saja, kecepatan download film berukuran besar bisa rampung dalam beberapa detik saja. Ia juga bisa membantu industri mobil listrik dalam mengadakan layanan self-driving. Ketika teknologi 6G hadir, diprediksi bakal membawa industri teknologi ke tingkatan yang lebih tinggi lagi.

Tidak berhenti sampai di situ saja, 6G juga diklaim mampu mendukung dunia militer, AI, dan sebagainya dengan kemampuan yang lebih tinggi dari era teknologi 5G.  

Tampaknya China tengah memfokuskan diri dalam pengembangan kecerdasan buatan berbasis 6G. Pasalnya, dalam paten yang disebutkan CNIPA, China juga memiliki 75 persen paten yang berkaitan dengan teknologi AI.

Itu artinya, saat ini China menjadi negara terdepan dalam pengembangan dan penguasaan teknologi 6G. Capaian ini melampaui Amerika Serikat dan sejumlah negara maju lainnya.

Saat ini, China dikabarkan mengurangi ketergantungan teknologi dari Amerika Serikat dan Eropa. Mereka berencana menggandeng perusahaan teknologi yang berasar dari negeri tetangga yang pernah menginvasi mereka, yaitu Jepang.