Bank Sentral Denmark Lebih Takut Ekspansi Perusahaan Teknologi Ketimbang  <i>Cryptocurrency</i>
Gubernur bank sentral Denmark, Lars Rohde (Wall Street Journal)

Bagikan:

JAKARTA – Maraknya transaksi uang kripto di berbagai belahan dunia membuat sejumlah bank sentral khawatir. Namun, bank sentral Denmark justru tidak mengkhawatirkan perkembangan uang kripto. Mereka malah khawatir pada perusahaan teknologi yang menguasai alat transaksi.

Gubernur bank sentral Denmark, Lars Rohde menilai bahwa naiknya volume transaksi uang kripto bukan ancaman serius terhadap ekonomi negara. Rohde tidak begitu ambil pusing terhadap fenomen uang kripto.

“Saya bisa tergoda untuk mengabaikannya,” kata Rohde sebagaimana dikutip dari Cointelegraph, 28 Mei.

“Saya pikir istilah mata uang digunakan dengan buruk di sini. Sebagian besar mata uang menyimpan nilai atau alat transaksi. Tidak ada stabilitas, tidak ada jaminan tentang nilai cryptocurrency,” tambahnya.

Rohde juga menyatakan bahwa uang kripto merupakan aset spekulatif yang terbaik saat ini.

“Kripto adalah aset spekulatif terbaik,” katanya.

Saat Rohde ditanya tentang upaya bank sentral dalam menjegal uang kripto, Gubernur bank sentral Denmark itu mengaku dirinya lebih mewaspadai perusahaan raksasa teknologi yang mencoba masuk ke dalam bidang pembayaran.

Dia menambahkan bahwa invasi besar-besaran teknologi ke ranah mata uang lebih masuk akal untuk dikhawatirkan ketimbang uang kripto. Bank sentral akan terancam dengan raksasa teknologi yang mengontrol alat transaksi.

“Jika raksasa teknologi menguasai alat transaksi, itu bisa menjadi ancaman nyata bagi otonomi dan kemandirian bank sentral,” kata Rohde.

Denmark merupakan salah satu negara pertama yang mempelajari uang digital bank sentral atau CBDC. Mereka melakukan riset dari 2016 hingga 2017. Kemudian Danmarks Nationalbank membatalkan gagasan tersebut. Mereka beralasan bahwa CBDC tidak akan berpengaruh banyak dalam peningkatan infrastruktur keuangan negara.